BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori belajar medan kognitif telah tumbuh sebagai sebagai sintesis teori belajar. Paradigma dasar atau analisisnya, berpusat pada interaksi pribadi dengan lingkungan psikologisnya yang terjadi pada saat bersamaan. Teori belajar ini telah berkembang sebagai sintesis yang timbul dari perbedaan pandangan mengenai individu yakni aktif-subyektif dengan lawannya pasif-obyektif dalam hubungannya dengan motivasi manusia dan belajar. Semuanya itu terfokus pada proses berfikir. “berpikir adalah menghubungkan suatu pemikiran kedalam struktur yang memberi arti” (Nana Sudjana, 1991:138)
Oleh karena itu belajar yang terbaik adalah berpikir, dan berpikir pada hakekatnya adalah proses kognif, proses mengkonseptualisasi dan kategorisasi. Dengan konseptualisasi dan kategorisasi manusia mempunyai kemampuan dalam membedakan, memilih dan menentukan objek, peristiwa, konsep, prinsip, generalisasi dan lain-lain. “Teori belajar cognitive field (Kurt Lewin) menitikberatkan perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial, karena pada hakikatnya masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifatpsikologis, yang disebut life space. Life space mencakup perwujudan lingkungan di mana individu bereaksi” (H. Djaali, 2007:75).
Tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan, baik yang berasal dari dalam diri individu, seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun yang berasal dari luar diri individu. Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil pertemuan dari dua kekuatan, yaitu yang berasal dari struktur medan kognitif itu sendiri dan yang liannya berasal dari kebutuhan dan motivasi internal individu.
Dalam psikologi medan kognitif, seseorang memulai dengan model pribadi dan dunia di sekelilingnya sebagaimana ia berhubungan dengan pribadi itu. Belajar adalah modifikasi dari perkembangan, dari wawasan terhadap sifat dari dunia pribadinya. Life space – model psikologi berisi pribadi itu sendiri; lingkungan psikologisnya; tujuan-tujuan yang dicarinya; tujuan-tujuan negatif yang dia usahakan untuk dihindari; rintangan rintangan antara dirinya dan tujuan-tujuannya, yang membatasi gerakan psikologisnya ke arah mereka; dan potensi serta cara aktual ke arah tujuannya.
Manusia dalam menghadapi kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang amat besar dan rumit yang tidak seluruhnya mudah untuk dipecahkan. Fungsi kognitif manusia menghadapi objek dalam bentuk representatif yang menghadirkan objek tersebut dalam kesadaran, hal tersebut tampak jelas pada aktivitas berpikir. Pengaturan kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri, orang yang memiliki kemahiran ini ia akan mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri.
Namun pada kenyataannya, guru sulit memahami perasaan siswa, pengingatan siswa, dan penalaran pada siswa. Dalam hal ini guru belum bisa membuat bagaimana siswa tersebut bisa memusatkan perhatiannya, bagaimana belajarnya, bagaimana menggali ingatannya, bagaimana menggunakan pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana membuat siswa agar berpikir menggunakan konsep dalam menghadapi permasalahan yang ada. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya tumpang-tindih ilmu pengetahuan yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
Melihat kenyataan tersebut sebaiknya guru memahami dulu keadaan atau suasana hati siswa saat pembelajaran akan dimulai, dengan seperti itu guru akan mudah memahami kemampuan berfikir siswa dan dapat membuat siswa terpusat perhatiannya dengan pelajaran yang diberikan, dengan itu kegiatan belajar mengajar terhindar dari tumpang-tindih ilmu pengetahuan yang lain dan belajar dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang diharapkan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut meka teridentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Kurangnya pemahaman guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa.
3. Kurangnya penerapan guru dalam menggunakan teori-teori belajar dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Rendahnya kemampuan guru dalam memahami karakteristik siswa.
C. Pembatasan Masalah
Karena luasnya identifikasi maka di batasi masalah yaitu tentang kurangnya pemahaman guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa.
D. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah yang ada dapat dirumuskan bagaimanakah guru mengatasi masalah kemampuan berfikir siswa.
E. Tujuan Penulisan
Mendeskripsikan pemahaman guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa.
F. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan
b. Melengkapi tugas akhir
2. Bagi Pembaca
a. Memberikan pengetahuan tentang memahami kemampuan berpikir siswa.
G. Definisi istilah/ Operasional
1. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Proses dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan baru dan atau merubah sesuatu yang lama
2. Kognitif adalah kemampuan berfikir siswa.
3. Berpikir adalah menghubungkan suatu pemikiran kedalam struktur yang memberi arti.
4. Life space adalah formulasi ilmiah dari sederetan situasi yang selalu berulang tetapi overlaping.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian teori
Berfikir adalah mengaitkan sesuatu dalam mencapai suatu arti. Dalam proses berpikir ini siswa dituntut untuk dapat mengerti materi pelajaran yang diberikan guru kepadanya. Seorang guru yang profesional ia dapat memahami kekognitifan siswa (kemampuan berpikir siswa) dengan tujuan agar siswa dapat memusatkan perhatiannya, dan dapat menggali ingatannya dengan pengetahuan yang mereka miliki.
Hal ini dapat dilakukan seorang guru dengan menghubungkan informasi kedalam struktur kognitif berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki. Pengajaran hendaknya diarahkan kepada proses tersebut sehingga siswa diajak dan diarahkan kepada pemecahan masalah. Ini berarti belajar pemecahan masalah harus dikemabngkan disekolah agar para siswa memiliki keterampilan bagaimana mereka belajar yang sebenaranya. Melalui metode pemecahan masalah akan merangsang berpikir siswa dalam pengertian luas mencakup proses mencari informasi, menggunakan informasi, memenfaatkan informasi untuk pemecahan masalah lebih lanjut.
Pengaturan kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri. Orang yang memiliki kemapuan kognitif tinggi ini akan mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri; bagaimana ia memusatkan perhatian, bagaimana ia belajar, bagaimna menggali ingatan, bagaimana menggunakan pengetahuan yang dimiliki yang merupakan suatu perangkat dalam menghadpi problem.
Dalam menghadapi problem orang dapat menggunakan berbagai strategi yang termasuk pengetahuan prosedural. Dalam hal inilah seorang guru harus dapat memahami dan menerapkan kegiatan kognitif tersebut.
Bruner berpendapat bahwa berpikir adalah menghubungkan suatu pemikiran kedalam struktur yang memberi arti. Mengingat bukan hanya mengutip kembeli informasi yang telah dimillikinya tapi juga bahkan yang terpenting adalah mengkonstruksi kembali imajinasi. Ada dua tipe dasar kategorisasi yakni identiti dan ekivalen. Identiti adalah dibentuk dari jumlah variasi yang berbeda mengenai obyek yang sama yang ditempatkan dalam suatu barel intelektual. Ekivalen adalah perbedaan jenis dari obyek yang ditempatkan dalam barel yang sama pula. Ekivalen terdiri dari tiga bentuk yakni efektif, fungsional dan formal. Ekivalen efektif (seperti perasaan-emosi) terjadi jika obyek nyata atau proses disekitarnya menimbulkan respon efektif yang sama pada seseorang. Kategori ekivalen formal timbul apabila seseorang dengan sengaja menyebutkan hakekat suatu obyek.kategori formal sifatnya abstrak, verbal atau simbolik.
B. Pembahasan
Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, hakekat pendidikan disamping teori belajar dan teori pengajaran. Penelitian Burner pada pertengahan dan akhir tahun 1950-an membuat ia berpikir bahwa individu bukan seperti mesin yakni mengasosiasikan respon khusus. Individu cenderung melakukan peran untuk mentransformasi belajarnya kepada berbagai persoalan. Baginya individu bukan pasif dan bukan pula aktif tapi menjadi fungsionalis. Dua hal yang penting yakni pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses aktif, manusia aktif membangun pengetahuannya melalui hubungan informasi yang diperoleh kedalam frame psikologisnya. Frame psikologis adalah internal model yang memberi arti dan organisasi yang teratur dalam pengalaman individu. Karena itu setiap individu harus dihargai sebagai partisipan aktif dalam proses memperoleh pengetahuannya.
Piaget memandang bahwa proses berpikir merupakan aktivitasn gradual dari fungsi intelektual, yaitu berpikir konkret menuju abstrak. Berarti perkembangan kapasitas mental memberikan kemampuan baru yang sebelumnya tidak ada. Organisasi berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses fisik dan psikis dalam bentuk sistem yang koheren, sedangkan adaptasi adalah kemampuan seseorang dalam menyesuaikan dengan lingkungan. Adaptasi terdiri atas dua macam proses komplementer, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk menghadapi masalah dalam lingkungannya, sedangkan akomodasi adalah proses perubahan respon individu terhadap stimulasi.
Jadi, perkembangan kognitif atau kemampuan berfikir siswa tergantung pada akomodasi. Oleh karena itu, siswa harus diberikan suatu areal yang belum diketahui, agar ia dapat belajar. Dengan adanya area baru ini siswa akan mengadakan usaha-usaha untuk dapat mengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan mempermudah perkembangan kognitif atau kemampuan berpikir siswa.
Sedangkan Bruner berpendapat bahwa ada tiga proses yang terlibat secara stimulan dalam proses belajar yakni diperolenhya informasi baru, transformasi pengetahuan, pengkajian pengetahuan. Informasi baru diperoleh melalui penghalusan pengetauan yang telah lebih dahulu ada atau dari hal-hal yang bersifat itu yang bergerak kearah yang berbeda dengan informasi yang telah dimilikinya. Transformasi pengetahuan dimaksudkan adalah manipulasi pengetahuan terhadap tugas-tugas baru yang menyebabkan seseoarang melakukan interpolasi dan ekstrapolasi pengetahuannya. Sedangkan pengkajian ilmu pengetahuan penilaian apakah cara manipulasi pengetahuan memadai atau tidak dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Penilaian dan pengkajian pengetahuan melibatkan semua pengetahuan yang telah dimilikinya.
Pandangan Bruner terhadap belajar tersebut disebut belajar kognitif yang dipandangnya sebagai alat konsepsi (instrumental conception). Pertumbuhan kognitif atau dapat pula disebut pendewasaan intelektual adalah bertambhanya respon-respon yang terkarakterisasikan dari hakekat yang tergantung dalam stimulasi. Pertumbuhan tersebut tergantung kepada kondisi internal dalam sistem penyimpanan informasi atau frame psikologisnya.
Bruner juga memberikan pandangan mengenai sekolah dan pendidikan. Menurut pendapatnya sekolah mempunyai peranan penting sebagai instrumen kebudayaan terutama dalam memperkuatketerampilan intelektual. Oleh sebab itu tekanan utama pendidikan hendaknya diarahkan kepada keterampilan siswa dalam menangani persoalan, melihat dan menangani objek/peristiwa/kejadian, kemampuan mengoperasionalkan simbol-simbol khusus dalam hubungannya dengan teknologi. Dengan demikian siswa sebagai manusia hendaknya memiliki kekuatan dan kemampuannya. Ia mengemukakan ada lima tujuan pendidikan yang harus diterapkan guru yaitu:
1. Membawa siswa untuk menemukan nilai dan kemampuan dalam menduga permasalahan, pendekatan terhadap masalah, serta merealisasikan aktivitas pemecahannya.
2. Mengembangkan kepercayaan diri siswa akan kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pikirannya sendiri. Untuk mengembangkan kepercayaan diri perlu mengembangkan pemahaman dan transformasi pengetahuannya berdasarkan tanggungjawabnya.
3. Membantu siswa agar memilki dorongan diri untuk menggunakan kemampuannya dalam menghadapi berbagai mata pelajaran. Siswa hendaknya diarahkan kepada bahan-bahan agar dapat dikuasainya sehingga dapat mengidentifikasikan persoalan dari bahan-bahan tersebut. Siswa dihadapkan kepada masalah-masalah praktis untuk menemukan persoalan, memecahkan sampai siswa dapat menemukan jawabannya dan mengenai benar tidaknya jawaban tersebut.
4. Mengembangkan cara berpikir ekonomis melalui pengembangan belajar yang mendorong mencari relevasi dan struktur dari apa yang dipelajarinya.
5. Mengembangkan kejujuran intelektual yakni kesadaran menggunakan peralatan dan bahan-bahan dari pengetahuan untuk menilai dan menguji suatu pemecahan masalah, gagasan dan dugaan-dugaannya. Ia juga harus jujur dalam menghargai berbagai ilmu pengetahuan yang diperolehnya.
Pendidikan harus memberikan sumbangan terhadap kesadaran dan kemampuan siswa untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat serta mengajarkan nilai-nilai yang dianutnya. Pada akhirnya Bruner menyimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan adalah melatih siswa dalam menggunakan pikirannya, kekuatannya, kejujurannya, teknik-teknik yang dimilikinya dengan penuh kepercayaan diri. Untuk itu tugas guru adalah mengembangkan model kerja bagaimana siswa berinteraksi dan dengan siapa interaksi tersebut harus dilakukannya. Dalam interaksinya ia harus memiliki sikap yang positif terhadap mata pelajaran dan terhadap belajar itu sendiri.
Dalam teori pengajaran kondisi dan karakteristik hendaknya melandasi atau dijadikan dasar dalam mengembangkan proses pengajaran. Dengan demikian guru harus memandang siswa sebagai individu yang aktif dan memiliki hasrat untuk mengetahui lingkungan dan dunianya bukan hanya semata-mata makhluk pasif menerima apa adanya. Pengetahuan pada hakekatnya segala sesuatu yang diketahu manusia mengenai dunia luar atau alam semesta. Oleh karenanya oengetahuan sifatnya netral dan obyektif. Pengetahuan sebagaimana yang dipelajari disekolah harus diletakkan dalam konstruksi kehidupan manusia, dapat dipelajari siswa dalam berbagai aktivitas perbuatannya. Oleh karenanya pengajaran harus memungkinkan siswa belajar keterampilan memperoleh pengetahuan memecahkan masalah dengan memberinya tantangan untuk mengembangkan keterampilan tersebut.
Bruner berpendapat bahwa teori pengajaran seorang guru harus mencakup lima aspek utama yaitu:
a. Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.
b. Struktur pengetahuan untuk membentuk pengetahuan yang optimal.
c. Spesifikasi mengurutkan penyajian bahan pelajaran untuk dipelajari siswa.
d. Peranan sukses dan gagal hakekat ganjaran dan hukuman.
e. Prosedur untuk merangsang berpikir siswa dalam lingkungan sekolah.
Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.
Bruner melihat bahwa ada semacam kebutuhan untuk mengubah praktek mengajar sebagai proses mendapatkan pengetahuan untuk membentuk pola-pola pemikiran siswa.
Bruner menyarankan pentingnya mengubah peranan, perhatian dan tujuan belajar siswa, mengubah keterampilan siswa kepada pengelolaan kemajuan intelektualnya. Pengajaran hendaknya mengembangkan fungsi tersebut dan guru hendaknya berupaya membelajarkan siswa kearah itu. Keefektifan belajar tidak hanya mempelajari bahan-bahan pengajaran tetapi juga belajar berbagai cara bagaiman cara memperoleh informasi dan memecahkan masalah.oleh sebab itu, diskusi, problem solving seminar akan memperkaya pengalaman siswa dan mempengaruhi cara belajar.
Menstruktur pengetahuan untuk pemahaman yang optimal.
Tujuan akhir dari pengajaran berbagai mata pelajaran adalah pemahaman terhadap struktur pengetahuan. Mengerti struktur pengetahuan adalah memahami aspek-aspeknya dalam berbagai hal dengan penuh pengertian. Tugas guru adalah memberi siswa pengertian tentang struktur pengetahuan dengan berbagai cara sehingga mereka dapat membedakan informasi yang berarti dan yang tidak berarti.
Mengurutkan penyajian bahan pengajaran untuk dipelajari siswa.
Tugas penting dari guru adalah mengubah pengetahuan menjadi bentuk yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir siswa. Bahan pengajaran hendaknya berhubungan, berurutan dan sesuai dan sesuai dengan kemampuan siswa. Banyak gagasan, konsep, proporsi, prinsip dan persoalan dari pengetahuan yang dapat disajikan kepada siswa secara sederhana sehingga dapat dipahami, dikenal dan dikuasainya. Mengurutkan bahan pengajaran agar dapat dipelajari siswa hendaknya mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:
1) Kecepatan belajar
2) Daya tahan untuk mengingat
3) Transfer bahwa yang telah dipelajari kepada situasi baru
4) Bentuk penyajian mengekspresikan bahan-bahan yang telah dipelajari
5) Apa yang telah dipelajaarinya mempunyai nilai ekonomis
6) Apa yang telah dipelajari memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan baru dan menyusun hipotesis.
Sukses, gagal dan ganjaran, hukuman.
Peranan penguat dalam proses pengajaran cukup penting terutama sebagai faktor eksternal. Penguatan sebaiknya dimulai untuk perbuatan yang ditujukan untuk pengulangan. Ada dua alternatif yang mungkin dicapai siswa
Manakala dihadapkan dengan tugas-tugas belajar yakni sukses dan gagal. Sedangkan dua alternatif yang digunakan untuk mendorong perbuatan belajar adalah ganjaran dan hukuman. Ganjaran dikaitkan dengan keberhasilan (sukses) hukuman dikaitkan dengan kegagalan.
Prosedur Mendorong Berpikir.
Pengetahuan yang diperoleh seseorang antara lain dapat dilihat dalam berbagai bentuk misalnya persepsi terhadap peristiwa, konsep-konsep yang diperolehnya. Proses mendapatkan pengetahuan tersebut dapat ditempuh melalui dua langkah yakni menarik kesimpulan dan menguji hipotesis. Pengajaran hendaknya diarahkan kepada proses tersebut sehingga siswa diajak dan diarahkan kepada pemecahan masalah.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka pengajaran hendaknya mengembangkan proses berpikir pemecahan masalah baik dalam mendapatkan informasi, menggunakan informasi, menggunakan informasi ataupun dalam memanfaatkan informasi yang diperolehnya bagi pemecahan masalah yang dihadapinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mendeskripsikan pemahaman guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa dan melihat perkembangan belajar selama satu semester maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Teori pengajaran yang mencakup lima aspek utama yaitu:
1. Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.
2. Struktur pengetahuan untuk membentuk pengetahuan yang optimal.
3. Spesifikasi mengurutkan penyajian bahan pelajaran untuk dipelajari siswa.
4. Peranan sukses dan gagal hakekat ganjaran dan hukuman.
5. Prosedur untuk merangsang berpikir siswa dalam lingkungan sekolah.
Kelima aspek utama tersebut dapat membantu guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa dan dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang lebih efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa dengan baik sehingga mendapatkan hasil yang lebih optimal.
B. Saran
Berikut ini saran-saran yang dapat penulis sampaikan kepada para pembaca pada umumnya, khususnya kepada guru kelas diantaranya :
Agar suatu proses pembelajaran hasil yang optimal maka semua aspek dan komponen pembelajaran harus diperhatikan dengan baik dan mendukung. Salah satunya yaitu memperhatikan dan mencakup lima aspek utama yakni:
1. Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.
2. Struktur pengetahuan untuk membentuk pengetahuan yang optimal.
3. Spesifikasi mengurutkan penyajian bahan pelajaran untuk dipelajari siswa.
4. Peranan sukses dan gagal hakekat ganjaran dan hukuman.
5. Prosedur untuk merangsang berpikir siswa dalam lingkungan sekolah.
Kelima aspek tersebut bila diterapkan dalam proses belajar mengajar maka akan dapat mempermudah guru dalam mengajak siswa belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Djaali, Haji. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 1991. Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.
Kamis, 16 Juni 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
TINNINNINNIN - Titanium-Arts.com
TINNINNINNIN. The pure titanium earrings TINNINNINNIN is a brand titanium necklace mens new and high quality design created to titanium white rocket league provide a clear, crisp, titanium shift knob and titanium wallet comfortable way to shave.
Posting Komentar