BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siapa yang tidak kenal pohon pisang, yang memiliki banyak jenis buah dan memiliki buah yang enak dan mengandung vitamin. Pohon pisang hanya dapat berbuah sekali, setelah itu pohon tersebut harus dibuang. Selain buah, masyarakat juga memanfaatkan daunnya, sedangkan batangnya dibuang. Siapa sangka, batang pohon pisang tersebut dapat diolah menjadi barang lain yang kreatif dan mempunyai nilai guna yang cukup tinggi.
Batang pisang dapat dibuat menjadi kertas, yang selama ini tidak mungkin terpikir bahwa sebuah batang pisang yang bergetah, berlendir, dan bahkan bau tetapi sebuah batang pisang tersebut dapat disulap menjadi sebuah kertas yang unik dan menarik.
Papyrus telah mengembangkan teknologi pemrosesan batang pisang menjadi veneer, kertas, dan karton. Produksi masal dimulai pada akhir tahun 2008. 1 pohon pisang ladyfinger dapat menghasilkan 2 pohon pisang dengan tinggi 6 meter tiap tahunnya. Sebanyak 1.200 hasil kloning ditanam untuk lahan seluas 1 hektar. Tanaman pisang komersial di dunia terdapat sekitar 10 juta hektar dan ini menjamin ketersediaan sumber serat.
Di dalam kehidupan sehari-hari banyak digunakan kertas untuk berbagai kegiatan. Melalui kertas dapat diungkapkan berbagai ide dan pemikiran, juga sebagai sarana untuk menuangkan informasi berupa tulisan dan gambar. Kertas juga dapat dimanfaatkan untuk membuat barang kerajinan Selama ini bahan baku pembuat kertas dibuat dari bagian dalam kulit pohon atau yang biasa disebut dengan liber, sampai muncul istilah library atau perpustakaan yang diambil dari kata tersebut. Percobaan pertama untuk pembuatan sebuah barang yang menyerupai kertas moderen seperti yang telah banyak dikenal selama ini.
Dengan keterampilan, kreativitas dan pengetahuan, pembuatan kertas dapat dibuat dari tanaman yang selama ini dipandang kurang produktif. Selain dapat mendatangkan keuntungan financial, pengurangan limbah pohon pisang yang merugikan lingkungan dapat dijadikan sebagai upaya untuk melestarikan lingkungan.
B. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang diambil yaitu limbah pohon pisang yang merugikan lingkungan.
C. Rumusan Masalah
Sesuai dengan batasan masalah yang ada dapat dirumuskan bagaimanakah masyarakat mengatasi masalah limbah pohon pisang yang merugikan lingkungan.
D. Tujuan
Mendeskripsikan pemahaman masyarakat dalam mengatasi limbah pohon pisang yang merugikan lingkungan.
E. Manfaat
1. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan
b. Melengkapi tugas akhir
2. Bagi Pembaca
a. Memberikan pengetahuan dalam mengatasi limbah pohon pisang yang merugikan lingkungan.
BAB II
KAJIAN TEORI
Pohon pisang, sebuah kata yang tidak asing lagi ditelinga kita. Banyak dari kita yang tidak tahu betapa banyaknya manfaat dari pohon ini. Pisang bisa disebutkan sebagai buah kehidupan. Kandungan kalium yang cukup banyak terdapat dalam buah ini mampu menurunkan tekanan darah, menjaga kesehatan jantung, dan memperlancar pengiriman oksigen ke otak.
Pisang telah lama akrab dengan masyarakat Indonesia, terbukti dari seringnya pohon pisang digunakan sebagai perlambangan dalam berbagai upacara adat. Pohon pisang selalu melakukan regenerasi sebelum berbuah dan mati, yaitu melalui tunas-tunas yang tumbuh pada bonggolnya. Dengan cara itulah pohon pisang mempertahankan eksistensinya untuk memberikan manfaatkan kepada manusia. Filosofi tersebutlah yang mendasari penggunaan pohon pisang sebagai simbol niat luhur pada upacara pernikahan.
Iklim tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang banyak mengandung humus memungkinkan tanaman pisang tersebar luas di Indonesia. Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil pisang.
Pisang mempunyai banyak manfaat yaitu dari mulai mengatasi masalah kecanduan rokok sampai untuk masalah kecantikan seperti masker wajah, mengatasi rambut yang rusak dan menghaluskan tangan.
Selain buahnya pisang jarang dimanfaatkan, seperti batang, bonggol, kulit dan jantungnya. Tetapi seiring dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka banyak yang bisa dimanfaatkan dari limbah-limbah yang jarang dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga akan meningkatkan kualitas dari limbah tersebut dan menambah nilai ekonomi dari limbah tersebut, yaitu dengan membuat sebuah kertas dari batang pisang tersebut. Dipilihnya batang pohon pisang sebagai bahan baku pembuatan kertas ini, karena bahan baku itu mudah diperoleh, dan cara pembuatan kertasnya juga mudah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kulitatif, dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang terakurat dari berbagai sumber salah satunya dari internet.
Proses pelaksanaan tindakan ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan data dan informasi lalu digabungkan dan dijadikan sebuah karya ilmiah.
BAB IV
PEMBAHASAN
Saat ini batang pohon pisang dapat diolah menjadi kertas atau sering juga disebut art paper. Batang pohon pisang memiliki serat putih yang sangat kuat sehingga tidak diperlukan pemutihan, dan dapat diproduksi setebal 20 gsm. Batang pohon pisang terdiri dari 2 lapisan yang dapat menghasilkan bermacam produk sekaligus. Lapisan luar berstruktur kasar, kekuatan basah tinggi, sifat barrier, dan tidak mudah terbakar. Produk lapisan luar berupa veneer dekorasi, laminasi struktur, dan kayu lapis. Lapisan dalam mempunyai sifat yang sama namun berstruktur serat lebih halus. Produk lapisan dalam berupa veneer dekorasi, kertas, dan kertas kemasan.
Proses pembuatan kertas dari bahan batang pisang pertama-tama yang harus dilakukan adalah, batang pisang tadi dipotong kecil-kecil dengan ukuran berkisar 25 cm, lalu di jemur di bawah terik matahari hingga kering. Setelah batang pisang tadi kering proses berikutnya adalah dengan cara direbus sampai menjadi lunak, namun pada saat proses perebusan sebaiknya di tambah dengan formalin atau kostik soda maksudnya adalah di samping untuk mempercepat proses pelunakan juga untuk menghilangkan getah-getah yang masih menempel pada batang pisang tadi, pada proses berikutnya batang pisang yang sudah lunak tadi disaring dan dibersihkan dari zat-zat kimia tadi baru kemudian di buat bubur (pulp) dengan cara di blender.
Jika ingin mendapat serat yang sangat halus, maka proses penghancurannya akan lebih lama dibanding jika ingin mendapat serat yang kasar. Lalu proses selanjutnya adalah penjemuran. Setelah batang pisang tadi dihaluskan, letakan di atas cetakan sablon, lalu dijemur hingga kering. Kalau panasnya bagus, sehari juga cukup untuk proses penjemuran ini. Setelah kertas kering, kemudian proses selanjutnya adalah pewarnaan, dalam proses ini kita dapat langsung menggunakan kertas yang sudah kering tersebut atau dapat juga kita tambahkan warna.
Untuk pewarnaannya, kita dapat menggunakan bahan dari alam seperti gambir, kunyit, atau daun pandan. Untuk pewarna buatan, kita dapat menggunakan sepuhan atau perwarna pakaian. Proses pewarnaannya pun ada dua macam, yang pertama dengan proses pencelupan dan yang kedua adalah dengan proses pentotolan menggunkan spons. Kalau kita mau satu warna tinggal dicelup saja. Tapi kalau kita ingin variasi warna kita tinggal gabungkan, ambil warna pertama dengan spons, lalu totolkan di atas kertas. Tunggu sebentar lalu totolkan warna kedua.
Jika merasa hasilnya kurang bercorak, proses pembatikan pun dapat dilakukan pada art paper tersebut. Caranya seperti membatik biasa, yaitu menggunakan canting dan malam. Tapi jangan terlalu panas karena malamnya mempuyai sifat minyak. Nanti motif batik yang digambar bisa melebar ke mana-mana atau mendapatkan hasil yang kurang bagus. Art paper ini dapat digunakan untuk boks, memo, dan kartu undangan. Selain itu bisa juga dipakai pada kap lampu agar sinar lampu lebih redup dan memiliki variasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seiring dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang maka bagian aari pisang banyak yang bisa dimanfaatkan dari limbah-limbah yang jarang dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga akan meningkatkan kualitas dari limbah tersebut dan menambah nilai ekonomi dari limbah tersebut, yaitu dengan membuat sebuah kertas dari batang dari pisang tersebut. Dipilihnya batang pohon pisang sebagai bahan baku pembuatan kertas ini, karena bahan baku itu mudah diperoleh, dan cara pembuatan kertasnya juga mudah.
Proses pembuatannya yaitu batang pisang dipotong kecil-kecil lalu di jemur di bawah terik matahari hingga kering. Setelah kering lalu direbus hingga lunak, tambahkan formalin atau kostik soda adalah di samping untuk mempercepat proses pelunakan juga untuk menghilangkan getah-getah yang masih menempel pada batang pisang tadi, jika sudah lunak maka disaring dan dibersihkan dari zat-zat kimia tadi kemudian di blender.
Setelah halus, letakan di atas cetakan sablon, jemur hingga kering. Setelah kering, kemudian pewarnaan. Untuk pewarnaannya digunakan pewarna dari alam dan bisa juga pewarna buatan.
Daftar Pustaka
http://vibizdaily.com/detail/nasional/2010/05/03/umkm_sleman_memproduksi_kertas_dari_pohon_pisang. diakses hari jumat 29 April 2011 pukul 01.40 wib
http://www.ciputraentrepreneurship.com/manufaktur/3383.html. diakses hari jumat 29 April 2011 pukul 01.40 wib
http://peluangusahaoke.wordpress.com/2009/04/18/peluang-bisnis-kertas-unik-dari-batang-pisang/. diakses hari sabtu 30 April 2011 pukul 15.00 wib
http://www.bbpk.go.id/main/index.php?option=com_content&task=view&id=34&Itemid=55. diakses hari senin 2 Mei 2011 pukul 19.00 wib
http://wiebydrc.wordpress.com/2011/04/06/manfaat-pohon-pisang/ diakses hari senin 2 Mei 2011 pukul 19.30 wib
Jumat, 17 Juni 2011
Kamis, 16 Juni 2011
Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Tugas pengawas satuan pendidikan tidak hanya melakukan supervisi manajerial kepala sekolah, namun juga membina guru melalui supervisi akademik. Dalam pembinaan guru tentu harus mengacu pada kompetensi guru, terutama kompetensi profesional berkaitan dengan proses pembelajaran. Sejalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih strategi pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana senang serta efektif.
Menghadapi tugas tersebut pengawas tentu harus menguasai strategi/ metode/ teknik pembelajaran/bimbingan yang up to date. Bila pengetahuan pengawas sudah ketinggalan, apa lagi hanya mengandalkan pengalaman tanpa didukung teori-teori, maka pengawas tidak akan mandapatkan respek dari para guru yang dibinanya. Paling tidak, untuk jenjang pendidikan dasar pengawas harus memahami garis besar strategi pembelajaran mata pelajaran utama antara lain: matematika, IPA, IPS, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Materi pelatihan ini dimaksudkan memberikan wawasan bagi pengawas dalam melaksanakan tugas supervisi akademik di SD/MI.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana konsep dan prinsip penggunaan Strategi Pembelajaran Ekpositori ?
b. Bagaimana prosedur pelaksanaan Strategi Ekspositori?
c. Apa saja keunggulan dan kelemahan dari Strategi Ekspositori?
3. TUJUAN
a. Memberikan penjelasan mengenai konsep dan prinsip penggunaan Strategi Pembelajaran Ekpositori dalam pembelajaran
b. Menguraikan tahapan penggunaan prosedur pelaksanaan Strategi Ekspositori dalam kegiatan pembelajaran
c. Menguraikan keunggulan dan kelemahan dari Strategi Ekspositori yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
B. PEMBAHASAN
STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI (SPE)
Aliran psikologi belajar yang sangat mempengaruhi SPE adalah aliran belajar behavioristik. Seperti yang telah dijelaskan dimuka, aliran belajar behavioristik lebih menekankan kepada pemahaman bahwa perilaku manusia pada dasarnya keterkaitan antar stimulus dan respons, oleh karenanya dalam implementasinya peran guru sebagai pemberi stimulus merupakan faktor yang sangat penting. Dari asumsi semacam inilah, muncul berbagai konsep bagaimana agar guru dapat memfasilitasi sehingga hubungan stimulus-respons itu bisa berlangsung secara efektif. Dalam teori belajar koneksionisme contohnya, dikembangkan hukum-hukum belajar seperti hukum kesiapan, hukum pengaruh, dan hukum latihan; sedangkan dalam teori belajar classical conditioning dijelaskan bagaimana hubungan keterkaitan stimulus-respon bisa dipengaruhi oleh munculnya S2 sebagai stimulus prasyarat.
1. Konsep dan Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekpositori
a. Konsep Strategi Pembalajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi pelajaran secara optimal. Strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah “calk and talk”
Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori:
1) Strategi ekpositori dilakukan dengan cara menyampaiakan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.
2) Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep terentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
3) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.
SPE merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru, dominan sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan bentuk strategi ekspositori.
SPE akan efektif manakala:
a) Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa. Biasanya bahan atau materi baru itu diperlukan untuk kegiatan-kegiatan khusus.
b) Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual tertentu.
c) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk diprsentasikan.
d) Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu.
e) Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.
f) Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.
g) Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memilliki kemampuan rendah. Strategi ini sangat efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan untk anak-anak yang memiliki kemampuan yang kurang.
h) Jika lingkungan yang tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa.
i) Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Dari beberapa poin diatas sudah ada sebagian yang diterapkan oleh beberapa guru yang mengajar di SDN Negeri Agung Kecamatan Buay Sandang Aji Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
b. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru:
1) Berorientasi pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran.
2) Prinsip Komunikasi
Dalam proses komunikasi bagaimanapun proses sederhananya, selalu terjadi urutan pemindahan pesan dari sumber pesan ke penerima pesan. Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan secara utuh, dan sebaliknya. Sistem komunikasi dikatakan tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat menangkat setiap pesan yang disampaikan. Kesulitan menangkap pesan itu dapat terjadi oleh berbagai gangguan yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi. Akibat gangguan tersebut memungkinkan penerima pesan tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan yang ingin disampaikan.sebagai suatu strategi pembelanjaran yang menekankan sebagai pada proses penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting untuk diperhatikan.
3) Prinsip Kesiapan
Dalam teori belajar koneksionisme, “kesiapan” merupakan salah satu hukum belajar. Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merespon dengan cepat dari setiap stimulus manakala dalam dirinya sudsa memiliki kesiapan: sebaliknya, tidak mungkin setiap individu akan merespons setiap stimulus yang muncul manakala dalam dirinya belum memiliki kesiapan. Yang dapat kita tarik dari hukum belajar ini adalah, agar siswa dapat menerima informasi stuimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran.
Oleh karena itu, sebelum kita menyampaikan informasi terlebih dahulu kita yakinkan apakah dalam otak anak sudah tersedia file yang sesuai dengan jenis informasi yang akan disampaikan atau belum, kalau seandainya belum maka terlebih dahulu harus kita sediakan dahulu fili yang akan menampung setiap informasi yang akan kita sampaikan.
4) Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan, sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.
2. Prosedur Pelaksanaan Strategi Ekspositori
Sebelum diuraikan tahapan penggunaan strategi ekspositori terlebih dahulu diuraikan beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap guru yang akan menggunakan strategi ini.
a. Rumuskan Tujuan yang Ingin Dicapai
Merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dipersiapkan guru. Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang spesifik yang berorientasi kepada hasil belajar. Dengan demikian, melalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing siswa dalam menyimak materi pelajaran juga akan diketahui efektivitas dan efisiensi penggunaan strategi ini.
Sering terjadi, proses pembelajaran dengan cara bertutur, guru terlena dengan pembahasan yang dilakukannya, sehingga materi pelajaran menjadi lebar, tidak fokus pada permasalahan yang sedang dibahas. Dengan rumusan tujuan yang jelas, hal ini tidak akan terjadi. Sebab, tujuan yang harus dicapai akan menjadi faktor pengingat bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
b. Kuasai Materi Pelajaran dengan Baik
Penguasaan materi pelajaran dengan baik merupakan syarat mutlak penggunaan strategi ekspositori. Penguasaan materi yang sempurna, akan membuat kepercayaan diri guru meningkat, sehingga guru akan mudah mengelola kelas; ia akan bergeraqk berani menatap siswa, tidak takut denga perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran, begitupun sebaliknya.
Agar guru dapat menguasai materi pelajaran ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
1) Pelajari sumber-sumber belajar yang mutakhir.
2) Persiapkan masalah-masalah yang mungkin muncul dengan cara menganalisis materi pelajaran sampai detailnya.
3) Buatlah garis besar materi pelajaran yang akan disampaikan untuk memandu dalam penyajian agar tidak melebar.
c. Kenali Medan dan Berbagai Hal yang Dapat Memengaruhi Proses Penyampaian
Mengenali lapangan atau medan merupakan hal penting dalam langkah persiapan. Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan ang dapat mengganggu proses penyajian materi pelajaran. Beberpa hal yang berhubungan dengan medan yang harus dikenali diantaranya:
1) Latar belakang audiens atau siswa yang akan menerima materi.
2) Kondisi ruangan, baik menyangkut luas dan besarnya ruangan, pencahayaan, posisi tempat duduk, maupun kelengkapan ruangan itu sendiri.
Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu:
a) Persiapan ( preparation )
b) Penyajian ( presentation )
c) Menghubungkan ( correlation )
d) Menyimpulkan ( generalization )
e) Penerapan ( aplication )
a) Persiapan ( preparation )
Tahap persiapan berkaiatan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekpositori sangat tergangtung pada langkah persiapan. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah:
1) Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
2) Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
3) Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa.
4) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan diantaranya adalah:
a) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif
Memberikan sugesti yang positif akan dapat membangkitkan kekuatan pada siswa untuk menembus rintangan dalam belajar. Sebaliknya, sugesti yang negatif dapat mematikan semangat belajar.
b) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai
Mengemukakan tujuan sangat penting artinya dalam setiap proses pembelajaran. Dengan mengemukakan tujuan siswa akan paham apa yang harus mereka kuasai serta mau dibawa kemana mereka.dengan demikian, tujuan merupakan “pengikat” baik bagi guru maupun siswa.
c) Bukalah file dalam otak siswa
Bagaikan kerja sebuah komputer, data akan dapat disimpan manakala sudah tersedia filenya. Demikian juga otak siswa, materi pelajaran akan bisa ditangkap dan disimpan dalam memori manakala sudah tersedia file yang sesuai. Artinya, sebelum kita menyampaikan materi pelajaran terlebih dahulu kita harus membuka file dalam otak siswa agar materi itu bisa cepat ditangkap.
b) Penyajian (presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini.
1) Penggunaan bahasa
Penggunaan bahasa merupakan aspek yang sangat berpengaruh untuk keberhasilan presentasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahasa, yaitu:
a) Bahasa yang digunakan sebaiknya bahsa yang bersifat komunikatif dan mudah dipahami.
b) Dalam penggunaan bahasa guru memerhatikan tingkat perkembangan audiens atau siswa.
2) Intonasi suara
Intonasi suara adalah pengaturan suara sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. Guru yang baik akan memahami kapan ia harus meninggikan dan melemahkan suaranya.
3) Menjaga kontak mata dengan siswa
Dalam proses penyajian materi pelajaran, kontak mata merupakan hal yang sangat penting untuk membuat siswa tetap memerhatikan pelajaran. Oleh sebab itu, guru sebaiknya secara terus-menerus menjaga dan memeliharanya. Pandanglah siswa secara bergiliran, jangan biarkan pandangan mereka tertuju pada hal-hal diluar materi pelajaran.
4) Menggunakan joke-joke ang menyegarkan
Menggunakan joke adalah kemampuan guru untuk menjaga agar kelas tetap dan segar melalui penggunaan kalimat atau bahasa yang lucu. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan joke adalah:
1) Joke yang digunakan harus relevan dengan isi materi yang sedang dibahas.
2) Sebaiknya joke muncul tidak terlalu sering.
c) Menghubungkan (correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
d) Menyimpulkan (generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan. Menyimpulkan berarti pula memberikan keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan. Menyimpulkan bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1) Mengulang kembali inti materi yang menjadi pokok persoalan.
2) Memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah disajikan.
3) Pemetaan keterkaitan antarmateri pokok-pokok materi.
e) Mengaplikasikan (aplication)
Langkah aplikasi adalah langkah untuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini diantaranya adalah:
1) Membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan.
2) Memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.
Dari beberapa uraian yang telah dijelaskan berikut adalah untuk dipahami setiap guru yang akan menggunakan strategi ekspositori ini, dari beberapa guru yang mengajar di SDN Negeri Agung Kecamatan Buay Sandang Aji Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan telah ada yang menerpakan uraian tersebut namun belum sepenuhnya berjalan dengan lancar karena keterbatasan ilmu dari guru itu sendiri dan keterbatasan siswa untuk menerima pelajaran.
3. Keunggulan dan Kelemahan SE
a. Keunggulan
1) Dengan SPE guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran.
2) SPE dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3) Melalui SPE selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligussiswa bisa melihat atau mengobservasi.
4) SPE bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
b. Kelemahan
1) SPE hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
2) SPE tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3) Karena SPE lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mngembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berfikir kritis.
4) Keberhasilan SPE sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
5) Oleh karena gaya komunikasi SPE lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aliran psikologi belajar yang sangat mempengaruhi SPE adalah aliran belajar behavioristik. Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori:
1. Strategi ekpositori dilakukan dengan cara menyampaiakan materi pelajaran secara verbal.
2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi.
3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.
Prinsip-prinsip penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori yaitu berorientasi pada tujuan, prinsip komunikasi, prinsip kesiapan, prinsip berkelanjutan. Adapun prosedur pelaksanaan Strategi Ekspositori adalah rumuskan tujuan yang ingin dicapai, kuasai materi pelajaran dengan baik, kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses penyampaian.
Terdapat juga keunggulan dan kelemahan pada Strategi Pembelajaran Ekspositori, yaitu:
a. Keunggulan
1) Dengan SPE guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran.
2) SPE dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3) Melalui SPE selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligussiswa bisa melihat atau mengobservasi.
4) SPE bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
b) Kelemahan
1) SPE hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
2) SPE tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3) Karena SPE lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mngembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berfikir kritis.
4) Keberhasilan SPE sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru.
5) Oleh karena gaya komunikasi SPE lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula.
B. SARAN
Dengan adanya Strategi Pembelajaran Ekspositori diharapkan guru dapat menerapkan strategi ini dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai semaksimal mungkin. Dibalik itu juga seorang guru harus menguasai/ memahami tentang konsep dan prinsip penggunaan strategi pembelajaran ekspositori itu sendiri agar penerapan dalam kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar.
Selain itu juga seoarang guru harus memahami keunggulan dan kelemahan dari strategi pembelajaran ekspositori itu, dengan memahami maka guru dapat menerapkan dari keunggulan itu dan dapat menghindari dari kelemahan yang ada dan jika bisa dapat mencari jalan keluar agar kelemahan itu dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Barrowrs, H. S dan Tamblyn R. M. 1980. Problem Based Learning:An Aprproach to Medical Education. New York: Springer Publishing.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nasution, S. 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bina Aksara.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2005. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sukwiaty, dkk. 2006. Ekonomi. Jakarta. PT Ghalia Indonesia Printing.
1. LATAR BELAKANG
Tugas pengawas satuan pendidikan tidak hanya melakukan supervisi manajerial kepala sekolah, namun juga membina guru melalui supervisi akademik. Dalam pembinaan guru tentu harus mengacu pada kompetensi guru, terutama kompetensi profesional berkaitan dengan proses pembelajaran. Sejalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih strategi pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana senang serta efektif.
Menghadapi tugas tersebut pengawas tentu harus menguasai strategi/ metode/ teknik pembelajaran/bimbingan yang up to date. Bila pengetahuan pengawas sudah ketinggalan, apa lagi hanya mengandalkan pengalaman tanpa didukung teori-teori, maka pengawas tidak akan mandapatkan respek dari para guru yang dibinanya. Paling tidak, untuk jenjang pendidikan dasar pengawas harus memahami garis besar strategi pembelajaran mata pelajaran utama antara lain: matematika, IPA, IPS, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Materi pelatihan ini dimaksudkan memberikan wawasan bagi pengawas dalam melaksanakan tugas supervisi akademik di SD/MI.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana konsep dan prinsip penggunaan Strategi Pembelajaran Ekpositori ?
b. Bagaimana prosedur pelaksanaan Strategi Ekspositori?
c. Apa saja keunggulan dan kelemahan dari Strategi Ekspositori?
3. TUJUAN
a. Memberikan penjelasan mengenai konsep dan prinsip penggunaan Strategi Pembelajaran Ekpositori dalam pembelajaran
b. Menguraikan tahapan penggunaan prosedur pelaksanaan Strategi Ekspositori dalam kegiatan pembelajaran
c. Menguraikan keunggulan dan kelemahan dari Strategi Ekspositori yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
B. PEMBAHASAN
STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI (SPE)
Aliran psikologi belajar yang sangat mempengaruhi SPE adalah aliran belajar behavioristik. Seperti yang telah dijelaskan dimuka, aliran belajar behavioristik lebih menekankan kepada pemahaman bahwa perilaku manusia pada dasarnya keterkaitan antar stimulus dan respons, oleh karenanya dalam implementasinya peran guru sebagai pemberi stimulus merupakan faktor yang sangat penting. Dari asumsi semacam inilah, muncul berbagai konsep bagaimana agar guru dapat memfasilitasi sehingga hubungan stimulus-respons itu bisa berlangsung secara efektif. Dalam teori belajar koneksionisme contohnya, dikembangkan hukum-hukum belajar seperti hukum kesiapan, hukum pengaruh, dan hukum latihan; sedangkan dalam teori belajar classical conditioning dijelaskan bagaimana hubungan keterkaitan stimulus-respon bisa dipengaruhi oleh munculnya S2 sebagai stimulus prasyarat.
1. Konsep dan Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekpositori
a. Konsep Strategi Pembalajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi pelajaran secara optimal. Strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah “calk and talk”
Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori:
1) Strategi ekpositori dilakukan dengan cara menyampaiakan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.
2) Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep terentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
3) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.
SPE merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru, dominan sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan bentuk strategi ekspositori.
SPE akan efektif manakala:
a) Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa. Biasanya bahan atau materi baru itu diperlukan untuk kegiatan-kegiatan khusus.
b) Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual tertentu.
c) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk diprsentasikan.
d) Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu.
e) Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.
f) Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.
g) Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memilliki kemampuan rendah. Strategi ini sangat efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan untk anak-anak yang memiliki kemampuan yang kurang.
h) Jika lingkungan yang tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa.
i) Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Dari beberapa poin diatas sudah ada sebagian yang diterapkan oleh beberapa guru yang mengajar di SDN Negeri Agung Kecamatan Buay Sandang Aji Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan.
b. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori
Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru:
1) Berorientasi pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran.
2) Prinsip Komunikasi
Dalam proses komunikasi bagaimanapun proses sederhananya, selalu terjadi urutan pemindahan pesan dari sumber pesan ke penerima pesan. Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan secara utuh, dan sebaliknya. Sistem komunikasi dikatakan tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat menangkat setiap pesan yang disampaikan. Kesulitan menangkap pesan itu dapat terjadi oleh berbagai gangguan yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi. Akibat gangguan tersebut memungkinkan penerima pesan tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan yang ingin disampaikan.sebagai suatu strategi pembelanjaran yang menekankan sebagai pada proses penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting untuk diperhatikan.
3) Prinsip Kesiapan
Dalam teori belajar koneksionisme, “kesiapan” merupakan salah satu hukum belajar. Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merespon dengan cepat dari setiap stimulus manakala dalam dirinya sudsa memiliki kesiapan: sebaliknya, tidak mungkin setiap individu akan merespons setiap stimulus yang muncul manakala dalam dirinya belum memiliki kesiapan. Yang dapat kita tarik dari hukum belajar ini adalah, agar siswa dapat menerima informasi stuimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran.
Oleh karena itu, sebelum kita menyampaikan informasi terlebih dahulu kita yakinkan apakah dalam otak anak sudah tersedia file yang sesuai dengan jenis informasi yang akan disampaikan atau belum, kalau seandainya belum maka terlebih dahulu harus kita sediakan dahulu fili yang akan menampung setiap informasi yang akan kita sampaikan.
4) Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan, sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.
2. Prosedur Pelaksanaan Strategi Ekspositori
Sebelum diuraikan tahapan penggunaan strategi ekspositori terlebih dahulu diuraikan beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap guru yang akan menggunakan strategi ini.
a. Rumuskan Tujuan yang Ingin Dicapai
Merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dipersiapkan guru. Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang spesifik yang berorientasi kepada hasil belajar. Dengan demikian, melalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing siswa dalam menyimak materi pelajaran juga akan diketahui efektivitas dan efisiensi penggunaan strategi ini.
Sering terjadi, proses pembelajaran dengan cara bertutur, guru terlena dengan pembahasan yang dilakukannya, sehingga materi pelajaran menjadi lebar, tidak fokus pada permasalahan yang sedang dibahas. Dengan rumusan tujuan yang jelas, hal ini tidak akan terjadi. Sebab, tujuan yang harus dicapai akan menjadi faktor pengingat bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
b. Kuasai Materi Pelajaran dengan Baik
Penguasaan materi pelajaran dengan baik merupakan syarat mutlak penggunaan strategi ekspositori. Penguasaan materi yang sempurna, akan membuat kepercayaan diri guru meningkat, sehingga guru akan mudah mengelola kelas; ia akan bergeraqk berani menatap siswa, tidak takut denga perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran, begitupun sebaliknya.
Agar guru dapat menguasai materi pelajaran ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
1) Pelajari sumber-sumber belajar yang mutakhir.
2) Persiapkan masalah-masalah yang mungkin muncul dengan cara menganalisis materi pelajaran sampai detailnya.
3) Buatlah garis besar materi pelajaran yang akan disampaikan untuk memandu dalam penyajian agar tidak melebar.
c. Kenali Medan dan Berbagai Hal yang Dapat Memengaruhi Proses Penyampaian
Mengenali lapangan atau medan merupakan hal penting dalam langkah persiapan. Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan ang dapat mengganggu proses penyajian materi pelajaran. Beberpa hal yang berhubungan dengan medan yang harus dikenali diantaranya:
1) Latar belakang audiens atau siswa yang akan menerima materi.
2) Kondisi ruangan, baik menyangkut luas dan besarnya ruangan, pencahayaan, posisi tempat duduk, maupun kelengkapan ruangan itu sendiri.
Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu:
a) Persiapan ( preparation )
b) Penyajian ( presentation )
c) Menghubungkan ( correlation )
d) Menyimpulkan ( generalization )
e) Penerapan ( aplication )
a) Persiapan ( preparation )
Tahap persiapan berkaiatan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekpositori sangat tergangtung pada langkah persiapan. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah:
1) Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif.
2) Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.
3) Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa.
4) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan diantaranya adalah:
a) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif
Memberikan sugesti yang positif akan dapat membangkitkan kekuatan pada siswa untuk menembus rintangan dalam belajar. Sebaliknya, sugesti yang negatif dapat mematikan semangat belajar.
b) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai
Mengemukakan tujuan sangat penting artinya dalam setiap proses pembelajaran. Dengan mengemukakan tujuan siswa akan paham apa yang harus mereka kuasai serta mau dibawa kemana mereka.dengan demikian, tujuan merupakan “pengikat” baik bagi guru maupun siswa.
c) Bukalah file dalam otak siswa
Bagaikan kerja sebuah komputer, data akan dapat disimpan manakala sudah tersedia filenya. Demikian juga otak siswa, materi pelajaran akan bisa ditangkap dan disimpan dalam memori manakala sudah tersedia file yang sesuai. Artinya, sebelum kita menyampaikan materi pelajaran terlebih dahulu kita harus membuka file dalam otak siswa agar materi itu bisa cepat ditangkap.
b) Penyajian (presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini.
1) Penggunaan bahasa
Penggunaan bahasa merupakan aspek yang sangat berpengaruh untuk keberhasilan presentasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahasa, yaitu:
a) Bahasa yang digunakan sebaiknya bahsa yang bersifat komunikatif dan mudah dipahami.
b) Dalam penggunaan bahasa guru memerhatikan tingkat perkembangan audiens atau siswa.
2) Intonasi suara
Intonasi suara adalah pengaturan suara sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. Guru yang baik akan memahami kapan ia harus meninggikan dan melemahkan suaranya.
3) Menjaga kontak mata dengan siswa
Dalam proses penyajian materi pelajaran, kontak mata merupakan hal yang sangat penting untuk membuat siswa tetap memerhatikan pelajaran. Oleh sebab itu, guru sebaiknya secara terus-menerus menjaga dan memeliharanya. Pandanglah siswa secara bergiliran, jangan biarkan pandangan mereka tertuju pada hal-hal diluar materi pelajaran.
4) Menggunakan joke-joke ang menyegarkan
Menggunakan joke adalah kemampuan guru untuk menjaga agar kelas tetap dan segar melalui penggunaan kalimat atau bahasa yang lucu. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan joke adalah:
1) Joke yang digunakan harus relevan dengan isi materi yang sedang dibahas.
2) Sebaiknya joke muncul tidak terlalu sering.
c) Menghubungkan (correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
d) Menyimpulkan (generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan. Menyimpulkan berarti pula memberikan keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan. Menyimpulkan bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1) Mengulang kembali inti materi yang menjadi pokok persoalan.
2) Memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah disajikan.
3) Pemetaan keterkaitan antarmateri pokok-pokok materi.
e) Mengaplikasikan (aplication)
Langkah aplikasi adalah langkah untuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini diantaranya adalah:
1) Membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan.
2) Memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.
Dari beberapa uraian yang telah dijelaskan berikut adalah untuk dipahami setiap guru yang akan menggunakan strategi ekspositori ini, dari beberapa guru yang mengajar di SDN Negeri Agung Kecamatan Buay Sandang Aji Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan telah ada yang menerpakan uraian tersebut namun belum sepenuhnya berjalan dengan lancar karena keterbatasan ilmu dari guru itu sendiri dan keterbatasan siswa untuk menerima pelajaran.
3. Keunggulan dan Kelemahan SE
a. Keunggulan
1) Dengan SPE guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran.
2) SPE dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3) Melalui SPE selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligussiswa bisa melihat atau mengobservasi.
4) SPE bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
b. Kelemahan
1) SPE hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
2) SPE tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3) Karena SPE lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mngembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berfikir kritis.
4) Keberhasilan SPE sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
5) Oleh karena gaya komunikasi SPE lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aliran psikologi belajar yang sangat mempengaruhi SPE adalah aliran belajar behavioristik. Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori:
1. Strategi ekpositori dilakukan dengan cara menyampaiakan materi pelajaran secara verbal.
2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi.
3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.
Prinsip-prinsip penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori yaitu berorientasi pada tujuan, prinsip komunikasi, prinsip kesiapan, prinsip berkelanjutan. Adapun prosedur pelaksanaan Strategi Ekspositori adalah rumuskan tujuan yang ingin dicapai, kuasai materi pelajaran dengan baik, kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses penyampaian.
Terdapat juga keunggulan dan kelemahan pada Strategi Pembelajaran Ekspositori, yaitu:
a. Keunggulan
1) Dengan SPE guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran.
2) SPE dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3) Melalui SPE selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligussiswa bisa melihat atau mengobservasi.
4) SPE bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
b) Kelemahan
1) SPE hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
2) SPE tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3) Karena SPE lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mngembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berfikir kritis.
4) Keberhasilan SPE sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru.
5) Oleh karena gaya komunikasi SPE lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula.
B. SARAN
Dengan adanya Strategi Pembelajaran Ekspositori diharapkan guru dapat menerapkan strategi ini dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai semaksimal mungkin. Dibalik itu juga seorang guru harus menguasai/ memahami tentang konsep dan prinsip penggunaan strategi pembelajaran ekspositori itu sendiri agar penerapan dalam kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar.
Selain itu juga seoarang guru harus memahami keunggulan dan kelemahan dari strategi pembelajaran ekspositori itu, dengan memahami maka guru dapat menerapkan dari keunggulan itu dan dapat menghindari dari kelemahan yang ada dan jika bisa dapat mencari jalan keluar agar kelemahan itu dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Barrowrs, H. S dan Tamblyn R. M. 1980. Problem Based Learning:An Aprproach to Medical Education. New York: Springer Publishing.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nasution, S. 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bina Aksara.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2005. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sukwiaty, dkk. 2006. Ekonomi. Jakarta. PT Ghalia Indonesia Printing.
Memahami Kemampuan Berpikir Siswa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori belajar medan kognitif telah tumbuh sebagai sebagai sintesis teori belajar. Paradigma dasar atau analisisnya, berpusat pada interaksi pribadi dengan lingkungan psikologisnya yang terjadi pada saat bersamaan. Teori belajar ini telah berkembang sebagai sintesis yang timbul dari perbedaan pandangan mengenai individu yakni aktif-subyektif dengan lawannya pasif-obyektif dalam hubungannya dengan motivasi manusia dan belajar. Semuanya itu terfokus pada proses berfikir. “berpikir adalah menghubungkan suatu pemikiran kedalam struktur yang memberi arti” (Nana Sudjana, 1991:138)
Oleh karena itu belajar yang terbaik adalah berpikir, dan berpikir pada hakekatnya adalah proses kognif, proses mengkonseptualisasi dan kategorisasi. Dengan konseptualisasi dan kategorisasi manusia mempunyai kemampuan dalam membedakan, memilih dan menentukan objek, peristiwa, konsep, prinsip, generalisasi dan lain-lain. “Teori belajar cognitive field (Kurt Lewin) menitikberatkan perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial, karena pada hakikatnya masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifatpsikologis, yang disebut life space. Life space mencakup perwujudan lingkungan di mana individu bereaksi” (H. Djaali, 2007:75).
Tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan, baik yang berasal dari dalam diri individu, seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun yang berasal dari luar diri individu. Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil pertemuan dari dua kekuatan, yaitu yang berasal dari struktur medan kognitif itu sendiri dan yang liannya berasal dari kebutuhan dan motivasi internal individu.
Dalam psikologi medan kognitif, seseorang memulai dengan model pribadi dan dunia di sekelilingnya sebagaimana ia berhubungan dengan pribadi itu. Belajar adalah modifikasi dari perkembangan, dari wawasan terhadap sifat dari dunia pribadinya. Life space – model psikologi berisi pribadi itu sendiri; lingkungan psikologisnya; tujuan-tujuan yang dicarinya; tujuan-tujuan negatif yang dia usahakan untuk dihindari; rintangan rintangan antara dirinya dan tujuan-tujuannya, yang membatasi gerakan psikologisnya ke arah mereka; dan potensi serta cara aktual ke arah tujuannya.
Manusia dalam menghadapi kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang amat besar dan rumit yang tidak seluruhnya mudah untuk dipecahkan. Fungsi kognitif manusia menghadapi objek dalam bentuk representatif yang menghadirkan objek tersebut dalam kesadaran, hal tersebut tampak jelas pada aktivitas berpikir. Pengaturan kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri, orang yang memiliki kemahiran ini ia akan mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri.
Namun pada kenyataannya, guru sulit memahami perasaan siswa, pengingatan siswa, dan penalaran pada siswa. Dalam hal ini guru belum bisa membuat bagaimana siswa tersebut bisa memusatkan perhatiannya, bagaimana belajarnya, bagaimana menggali ingatannya, bagaimana menggunakan pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana membuat siswa agar berpikir menggunakan konsep dalam menghadapi permasalahan yang ada. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya tumpang-tindih ilmu pengetahuan yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
Melihat kenyataan tersebut sebaiknya guru memahami dulu keadaan atau suasana hati siswa saat pembelajaran akan dimulai, dengan seperti itu guru akan mudah memahami kemampuan berfikir siswa dan dapat membuat siswa terpusat perhatiannya dengan pelajaran yang diberikan, dengan itu kegiatan belajar mengajar terhindar dari tumpang-tindih ilmu pengetahuan yang lain dan belajar dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang diharapkan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut meka teridentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Kurangnya pemahaman guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa.
3. Kurangnya penerapan guru dalam menggunakan teori-teori belajar dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Rendahnya kemampuan guru dalam memahami karakteristik siswa.
C. Pembatasan Masalah
Karena luasnya identifikasi maka di batasi masalah yaitu tentang kurangnya pemahaman guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa.
D. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah yang ada dapat dirumuskan bagaimanakah guru mengatasi masalah kemampuan berfikir siswa.
E. Tujuan Penulisan
Mendeskripsikan pemahaman guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa.
F. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan
b. Melengkapi tugas akhir
2. Bagi Pembaca
a. Memberikan pengetahuan tentang memahami kemampuan berpikir siswa.
G. Definisi istilah/ Operasional
1. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Proses dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan baru dan atau merubah sesuatu yang lama
2. Kognitif adalah kemampuan berfikir siswa.
3. Berpikir adalah menghubungkan suatu pemikiran kedalam struktur yang memberi arti.
4. Life space adalah formulasi ilmiah dari sederetan situasi yang selalu berulang tetapi overlaping.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian teori
Berfikir adalah mengaitkan sesuatu dalam mencapai suatu arti. Dalam proses berpikir ini siswa dituntut untuk dapat mengerti materi pelajaran yang diberikan guru kepadanya. Seorang guru yang profesional ia dapat memahami kekognitifan siswa (kemampuan berpikir siswa) dengan tujuan agar siswa dapat memusatkan perhatiannya, dan dapat menggali ingatannya dengan pengetahuan yang mereka miliki.
Hal ini dapat dilakukan seorang guru dengan menghubungkan informasi kedalam struktur kognitif berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki. Pengajaran hendaknya diarahkan kepada proses tersebut sehingga siswa diajak dan diarahkan kepada pemecahan masalah. Ini berarti belajar pemecahan masalah harus dikemabngkan disekolah agar para siswa memiliki keterampilan bagaimana mereka belajar yang sebenaranya. Melalui metode pemecahan masalah akan merangsang berpikir siswa dalam pengertian luas mencakup proses mencari informasi, menggunakan informasi, memenfaatkan informasi untuk pemecahan masalah lebih lanjut.
Pengaturan kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri. Orang yang memiliki kemapuan kognitif tinggi ini akan mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri; bagaimana ia memusatkan perhatian, bagaimana ia belajar, bagaimna menggali ingatan, bagaimana menggunakan pengetahuan yang dimiliki yang merupakan suatu perangkat dalam menghadpi problem.
Dalam menghadapi problem orang dapat menggunakan berbagai strategi yang termasuk pengetahuan prosedural. Dalam hal inilah seorang guru harus dapat memahami dan menerapkan kegiatan kognitif tersebut.
Bruner berpendapat bahwa berpikir adalah menghubungkan suatu pemikiran kedalam struktur yang memberi arti. Mengingat bukan hanya mengutip kembeli informasi yang telah dimillikinya tapi juga bahkan yang terpenting adalah mengkonstruksi kembali imajinasi. Ada dua tipe dasar kategorisasi yakni identiti dan ekivalen. Identiti adalah dibentuk dari jumlah variasi yang berbeda mengenai obyek yang sama yang ditempatkan dalam suatu barel intelektual. Ekivalen adalah perbedaan jenis dari obyek yang ditempatkan dalam barel yang sama pula. Ekivalen terdiri dari tiga bentuk yakni efektif, fungsional dan formal. Ekivalen efektif (seperti perasaan-emosi) terjadi jika obyek nyata atau proses disekitarnya menimbulkan respon efektif yang sama pada seseorang. Kategori ekivalen formal timbul apabila seseorang dengan sengaja menyebutkan hakekat suatu obyek.kategori formal sifatnya abstrak, verbal atau simbolik.
B. Pembahasan
Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, hakekat pendidikan disamping teori belajar dan teori pengajaran. Penelitian Burner pada pertengahan dan akhir tahun 1950-an membuat ia berpikir bahwa individu bukan seperti mesin yakni mengasosiasikan respon khusus. Individu cenderung melakukan peran untuk mentransformasi belajarnya kepada berbagai persoalan. Baginya individu bukan pasif dan bukan pula aktif tapi menjadi fungsionalis. Dua hal yang penting yakni pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses aktif, manusia aktif membangun pengetahuannya melalui hubungan informasi yang diperoleh kedalam frame psikologisnya. Frame psikologis adalah internal model yang memberi arti dan organisasi yang teratur dalam pengalaman individu. Karena itu setiap individu harus dihargai sebagai partisipan aktif dalam proses memperoleh pengetahuannya.
Piaget memandang bahwa proses berpikir merupakan aktivitasn gradual dari fungsi intelektual, yaitu berpikir konkret menuju abstrak. Berarti perkembangan kapasitas mental memberikan kemampuan baru yang sebelumnya tidak ada. Organisasi berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses fisik dan psikis dalam bentuk sistem yang koheren, sedangkan adaptasi adalah kemampuan seseorang dalam menyesuaikan dengan lingkungan. Adaptasi terdiri atas dua macam proses komplementer, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk menghadapi masalah dalam lingkungannya, sedangkan akomodasi adalah proses perubahan respon individu terhadap stimulasi.
Jadi, perkembangan kognitif atau kemampuan berfikir siswa tergantung pada akomodasi. Oleh karena itu, siswa harus diberikan suatu areal yang belum diketahui, agar ia dapat belajar. Dengan adanya area baru ini siswa akan mengadakan usaha-usaha untuk dapat mengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan mempermudah perkembangan kognitif atau kemampuan berpikir siswa.
Sedangkan Bruner berpendapat bahwa ada tiga proses yang terlibat secara stimulan dalam proses belajar yakni diperolenhya informasi baru, transformasi pengetahuan, pengkajian pengetahuan. Informasi baru diperoleh melalui penghalusan pengetauan yang telah lebih dahulu ada atau dari hal-hal yang bersifat itu yang bergerak kearah yang berbeda dengan informasi yang telah dimilikinya. Transformasi pengetahuan dimaksudkan adalah manipulasi pengetahuan terhadap tugas-tugas baru yang menyebabkan seseoarang melakukan interpolasi dan ekstrapolasi pengetahuannya. Sedangkan pengkajian ilmu pengetahuan penilaian apakah cara manipulasi pengetahuan memadai atau tidak dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Penilaian dan pengkajian pengetahuan melibatkan semua pengetahuan yang telah dimilikinya.
Pandangan Bruner terhadap belajar tersebut disebut belajar kognitif yang dipandangnya sebagai alat konsepsi (instrumental conception). Pertumbuhan kognitif atau dapat pula disebut pendewasaan intelektual adalah bertambhanya respon-respon yang terkarakterisasikan dari hakekat yang tergantung dalam stimulasi. Pertumbuhan tersebut tergantung kepada kondisi internal dalam sistem penyimpanan informasi atau frame psikologisnya.
Bruner juga memberikan pandangan mengenai sekolah dan pendidikan. Menurut pendapatnya sekolah mempunyai peranan penting sebagai instrumen kebudayaan terutama dalam memperkuatketerampilan intelektual. Oleh sebab itu tekanan utama pendidikan hendaknya diarahkan kepada keterampilan siswa dalam menangani persoalan, melihat dan menangani objek/peristiwa/kejadian, kemampuan mengoperasionalkan simbol-simbol khusus dalam hubungannya dengan teknologi. Dengan demikian siswa sebagai manusia hendaknya memiliki kekuatan dan kemampuannya. Ia mengemukakan ada lima tujuan pendidikan yang harus diterapkan guru yaitu:
1. Membawa siswa untuk menemukan nilai dan kemampuan dalam menduga permasalahan, pendekatan terhadap masalah, serta merealisasikan aktivitas pemecahannya.
2. Mengembangkan kepercayaan diri siswa akan kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pikirannya sendiri. Untuk mengembangkan kepercayaan diri perlu mengembangkan pemahaman dan transformasi pengetahuannya berdasarkan tanggungjawabnya.
3. Membantu siswa agar memilki dorongan diri untuk menggunakan kemampuannya dalam menghadapi berbagai mata pelajaran. Siswa hendaknya diarahkan kepada bahan-bahan agar dapat dikuasainya sehingga dapat mengidentifikasikan persoalan dari bahan-bahan tersebut. Siswa dihadapkan kepada masalah-masalah praktis untuk menemukan persoalan, memecahkan sampai siswa dapat menemukan jawabannya dan mengenai benar tidaknya jawaban tersebut.
4. Mengembangkan cara berpikir ekonomis melalui pengembangan belajar yang mendorong mencari relevasi dan struktur dari apa yang dipelajarinya.
5. Mengembangkan kejujuran intelektual yakni kesadaran menggunakan peralatan dan bahan-bahan dari pengetahuan untuk menilai dan menguji suatu pemecahan masalah, gagasan dan dugaan-dugaannya. Ia juga harus jujur dalam menghargai berbagai ilmu pengetahuan yang diperolehnya.
Pendidikan harus memberikan sumbangan terhadap kesadaran dan kemampuan siswa untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat serta mengajarkan nilai-nilai yang dianutnya. Pada akhirnya Bruner menyimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan adalah melatih siswa dalam menggunakan pikirannya, kekuatannya, kejujurannya, teknik-teknik yang dimilikinya dengan penuh kepercayaan diri. Untuk itu tugas guru adalah mengembangkan model kerja bagaimana siswa berinteraksi dan dengan siapa interaksi tersebut harus dilakukannya. Dalam interaksinya ia harus memiliki sikap yang positif terhadap mata pelajaran dan terhadap belajar itu sendiri.
Dalam teori pengajaran kondisi dan karakteristik hendaknya melandasi atau dijadikan dasar dalam mengembangkan proses pengajaran. Dengan demikian guru harus memandang siswa sebagai individu yang aktif dan memiliki hasrat untuk mengetahui lingkungan dan dunianya bukan hanya semata-mata makhluk pasif menerima apa adanya. Pengetahuan pada hakekatnya segala sesuatu yang diketahu manusia mengenai dunia luar atau alam semesta. Oleh karenanya oengetahuan sifatnya netral dan obyektif. Pengetahuan sebagaimana yang dipelajari disekolah harus diletakkan dalam konstruksi kehidupan manusia, dapat dipelajari siswa dalam berbagai aktivitas perbuatannya. Oleh karenanya pengajaran harus memungkinkan siswa belajar keterampilan memperoleh pengetahuan memecahkan masalah dengan memberinya tantangan untuk mengembangkan keterampilan tersebut.
Bruner berpendapat bahwa teori pengajaran seorang guru harus mencakup lima aspek utama yaitu:
a. Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.
b. Struktur pengetahuan untuk membentuk pengetahuan yang optimal.
c. Spesifikasi mengurutkan penyajian bahan pelajaran untuk dipelajari siswa.
d. Peranan sukses dan gagal hakekat ganjaran dan hukuman.
e. Prosedur untuk merangsang berpikir siswa dalam lingkungan sekolah.
Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.
Bruner melihat bahwa ada semacam kebutuhan untuk mengubah praktek mengajar sebagai proses mendapatkan pengetahuan untuk membentuk pola-pola pemikiran siswa.
Bruner menyarankan pentingnya mengubah peranan, perhatian dan tujuan belajar siswa, mengubah keterampilan siswa kepada pengelolaan kemajuan intelektualnya. Pengajaran hendaknya mengembangkan fungsi tersebut dan guru hendaknya berupaya membelajarkan siswa kearah itu. Keefektifan belajar tidak hanya mempelajari bahan-bahan pengajaran tetapi juga belajar berbagai cara bagaiman cara memperoleh informasi dan memecahkan masalah.oleh sebab itu, diskusi, problem solving seminar akan memperkaya pengalaman siswa dan mempengaruhi cara belajar.
Menstruktur pengetahuan untuk pemahaman yang optimal.
Tujuan akhir dari pengajaran berbagai mata pelajaran adalah pemahaman terhadap struktur pengetahuan. Mengerti struktur pengetahuan adalah memahami aspek-aspeknya dalam berbagai hal dengan penuh pengertian. Tugas guru adalah memberi siswa pengertian tentang struktur pengetahuan dengan berbagai cara sehingga mereka dapat membedakan informasi yang berarti dan yang tidak berarti.
Mengurutkan penyajian bahan pengajaran untuk dipelajari siswa.
Tugas penting dari guru adalah mengubah pengetahuan menjadi bentuk yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir siswa. Bahan pengajaran hendaknya berhubungan, berurutan dan sesuai dan sesuai dengan kemampuan siswa. Banyak gagasan, konsep, proporsi, prinsip dan persoalan dari pengetahuan yang dapat disajikan kepada siswa secara sederhana sehingga dapat dipahami, dikenal dan dikuasainya. Mengurutkan bahan pengajaran agar dapat dipelajari siswa hendaknya mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:
1) Kecepatan belajar
2) Daya tahan untuk mengingat
3) Transfer bahwa yang telah dipelajari kepada situasi baru
4) Bentuk penyajian mengekspresikan bahan-bahan yang telah dipelajari
5) Apa yang telah dipelajaarinya mempunyai nilai ekonomis
6) Apa yang telah dipelajari memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan baru dan menyusun hipotesis.
Sukses, gagal dan ganjaran, hukuman.
Peranan penguat dalam proses pengajaran cukup penting terutama sebagai faktor eksternal. Penguatan sebaiknya dimulai untuk perbuatan yang ditujukan untuk pengulangan. Ada dua alternatif yang mungkin dicapai siswa
Manakala dihadapkan dengan tugas-tugas belajar yakni sukses dan gagal. Sedangkan dua alternatif yang digunakan untuk mendorong perbuatan belajar adalah ganjaran dan hukuman. Ganjaran dikaitkan dengan keberhasilan (sukses) hukuman dikaitkan dengan kegagalan.
Prosedur Mendorong Berpikir.
Pengetahuan yang diperoleh seseorang antara lain dapat dilihat dalam berbagai bentuk misalnya persepsi terhadap peristiwa, konsep-konsep yang diperolehnya. Proses mendapatkan pengetahuan tersebut dapat ditempuh melalui dua langkah yakni menarik kesimpulan dan menguji hipotesis. Pengajaran hendaknya diarahkan kepada proses tersebut sehingga siswa diajak dan diarahkan kepada pemecahan masalah.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka pengajaran hendaknya mengembangkan proses berpikir pemecahan masalah baik dalam mendapatkan informasi, menggunakan informasi, menggunakan informasi ataupun dalam memanfaatkan informasi yang diperolehnya bagi pemecahan masalah yang dihadapinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mendeskripsikan pemahaman guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa dan melihat perkembangan belajar selama satu semester maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Teori pengajaran yang mencakup lima aspek utama yaitu:
1. Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.
2. Struktur pengetahuan untuk membentuk pengetahuan yang optimal.
3. Spesifikasi mengurutkan penyajian bahan pelajaran untuk dipelajari siswa.
4. Peranan sukses dan gagal hakekat ganjaran dan hukuman.
5. Prosedur untuk merangsang berpikir siswa dalam lingkungan sekolah.
Kelima aspek utama tersebut dapat membantu guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa dan dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang lebih efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa dengan baik sehingga mendapatkan hasil yang lebih optimal.
B. Saran
Berikut ini saran-saran yang dapat penulis sampaikan kepada para pembaca pada umumnya, khususnya kepada guru kelas diantaranya :
Agar suatu proses pembelajaran hasil yang optimal maka semua aspek dan komponen pembelajaran harus diperhatikan dengan baik dan mendukung. Salah satunya yaitu memperhatikan dan mencakup lima aspek utama yakni:
1. Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.
2. Struktur pengetahuan untuk membentuk pengetahuan yang optimal.
3. Spesifikasi mengurutkan penyajian bahan pelajaran untuk dipelajari siswa.
4. Peranan sukses dan gagal hakekat ganjaran dan hukuman.
5. Prosedur untuk merangsang berpikir siswa dalam lingkungan sekolah.
Kelima aspek tersebut bila diterapkan dalam proses belajar mengajar maka akan dapat mempermudah guru dalam mengajak siswa belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Djaali, Haji. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 1991. Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori belajar medan kognitif telah tumbuh sebagai sebagai sintesis teori belajar. Paradigma dasar atau analisisnya, berpusat pada interaksi pribadi dengan lingkungan psikologisnya yang terjadi pada saat bersamaan. Teori belajar ini telah berkembang sebagai sintesis yang timbul dari perbedaan pandangan mengenai individu yakni aktif-subyektif dengan lawannya pasif-obyektif dalam hubungannya dengan motivasi manusia dan belajar. Semuanya itu terfokus pada proses berfikir. “berpikir adalah menghubungkan suatu pemikiran kedalam struktur yang memberi arti” (Nana Sudjana, 1991:138)
Oleh karena itu belajar yang terbaik adalah berpikir, dan berpikir pada hakekatnya adalah proses kognif, proses mengkonseptualisasi dan kategorisasi. Dengan konseptualisasi dan kategorisasi manusia mempunyai kemampuan dalam membedakan, memilih dan menentukan objek, peristiwa, konsep, prinsip, generalisasi dan lain-lain. “Teori belajar cognitive field (Kurt Lewin) menitikberatkan perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial, karena pada hakikatnya masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifatpsikologis, yang disebut life space. Life space mencakup perwujudan lingkungan di mana individu bereaksi” (H. Djaali, 2007:75).
Tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan, baik yang berasal dari dalam diri individu, seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun yang berasal dari luar diri individu. Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil pertemuan dari dua kekuatan, yaitu yang berasal dari struktur medan kognitif itu sendiri dan yang liannya berasal dari kebutuhan dan motivasi internal individu.
Dalam psikologi medan kognitif, seseorang memulai dengan model pribadi dan dunia di sekelilingnya sebagaimana ia berhubungan dengan pribadi itu. Belajar adalah modifikasi dari perkembangan, dari wawasan terhadap sifat dari dunia pribadinya. Life space – model psikologi berisi pribadi itu sendiri; lingkungan psikologisnya; tujuan-tujuan yang dicarinya; tujuan-tujuan negatif yang dia usahakan untuk dihindari; rintangan rintangan antara dirinya dan tujuan-tujuannya, yang membatasi gerakan psikologisnya ke arah mereka; dan potensi serta cara aktual ke arah tujuannya.
Manusia dalam menghadapi kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang amat besar dan rumit yang tidak seluruhnya mudah untuk dipecahkan. Fungsi kognitif manusia menghadapi objek dalam bentuk representatif yang menghadirkan objek tersebut dalam kesadaran, hal tersebut tampak jelas pada aktivitas berpikir. Pengaturan kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri, orang yang memiliki kemahiran ini ia akan mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri.
Namun pada kenyataannya, guru sulit memahami perasaan siswa, pengingatan siswa, dan penalaran pada siswa. Dalam hal ini guru belum bisa membuat bagaimana siswa tersebut bisa memusatkan perhatiannya, bagaimana belajarnya, bagaimana menggali ingatannya, bagaimana menggunakan pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana membuat siswa agar berpikir menggunakan konsep dalam menghadapi permasalahan yang ada. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya tumpang-tindih ilmu pengetahuan yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
Melihat kenyataan tersebut sebaiknya guru memahami dulu keadaan atau suasana hati siswa saat pembelajaran akan dimulai, dengan seperti itu guru akan mudah memahami kemampuan berfikir siswa dan dapat membuat siswa terpusat perhatiannya dengan pelajaran yang diberikan, dengan itu kegiatan belajar mengajar terhindar dari tumpang-tindih ilmu pengetahuan yang lain dan belajar dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang diharapkan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut meka teridentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Kurangnya pemahaman guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa.
3. Kurangnya penerapan guru dalam menggunakan teori-teori belajar dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Rendahnya kemampuan guru dalam memahami karakteristik siswa.
C. Pembatasan Masalah
Karena luasnya identifikasi maka di batasi masalah yaitu tentang kurangnya pemahaman guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa.
D. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah yang ada dapat dirumuskan bagaimanakah guru mengatasi masalah kemampuan berfikir siswa.
E. Tujuan Penulisan
Mendeskripsikan pemahaman guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa.
F. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan
b. Melengkapi tugas akhir
2. Bagi Pembaca
a. Memberikan pengetahuan tentang memahami kemampuan berpikir siswa.
G. Definisi istilah/ Operasional
1. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Proses dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan baru dan atau merubah sesuatu yang lama
2. Kognitif adalah kemampuan berfikir siswa.
3. Berpikir adalah menghubungkan suatu pemikiran kedalam struktur yang memberi arti.
4. Life space adalah formulasi ilmiah dari sederetan situasi yang selalu berulang tetapi overlaping.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian teori
Berfikir adalah mengaitkan sesuatu dalam mencapai suatu arti. Dalam proses berpikir ini siswa dituntut untuk dapat mengerti materi pelajaran yang diberikan guru kepadanya. Seorang guru yang profesional ia dapat memahami kekognitifan siswa (kemampuan berpikir siswa) dengan tujuan agar siswa dapat memusatkan perhatiannya, dan dapat menggali ingatannya dengan pengetahuan yang mereka miliki.
Hal ini dapat dilakukan seorang guru dengan menghubungkan informasi kedalam struktur kognitif berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki. Pengajaran hendaknya diarahkan kepada proses tersebut sehingga siswa diajak dan diarahkan kepada pemecahan masalah. Ini berarti belajar pemecahan masalah harus dikemabngkan disekolah agar para siswa memiliki keterampilan bagaimana mereka belajar yang sebenaranya. Melalui metode pemecahan masalah akan merangsang berpikir siswa dalam pengertian luas mencakup proses mencari informasi, menggunakan informasi, memenfaatkan informasi untuk pemecahan masalah lebih lanjut.
Pengaturan kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri. Orang yang memiliki kemapuan kognitif tinggi ini akan mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri; bagaimana ia memusatkan perhatian, bagaimana ia belajar, bagaimna menggali ingatan, bagaimana menggunakan pengetahuan yang dimiliki yang merupakan suatu perangkat dalam menghadpi problem.
Dalam menghadapi problem orang dapat menggunakan berbagai strategi yang termasuk pengetahuan prosedural. Dalam hal inilah seorang guru harus dapat memahami dan menerapkan kegiatan kognitif tersebut.
Bruner berpendapat bahwa berpikir adalah menghubungkan suatu pemikiran kedalam struktur yang memberi arti. Mengingat bukan hanya mengutip kembeli informasi yang telah dimillikinya tapi juga bahkan yang terpenting adalah mengkonstruksi kembali imajinasi. Ada dua tipe dasar kategorisasi yakni identiti dan ekivalen. Identiti adalah dibentuk dari jumlah variasi yang berbeda mengenai obyek yang sama yang ditempatkan dalam suatu barel intelektual. Ekivalen adalah perbedaan jenis dari obyek yang ditempatkan dalam barel yang sama pula. Ekivalen terdiri dari tiga bentuk yakni efektif, fungsional dan formal. Ekivalen efektif (seperti perasaan-emosi) terjadi jika obyek nyata atau proses disekitarnya menimbulkan respon efektif yang sama pada seseorang. Kategori ekivalen formal timbul apabila seseorang dengan sengaja menyebutkan hakekat suatu obyek.kategori formal sifatnya abstrak, verbal atau simbolik.
B. Pembahasan
Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, hakekat pendidikan disamping teori belajar dan teori pengajaran. Penelitian Burner pada pertengahan dan akhir tahun 1950-an membuat ia berpikir bahwa individu bukan seperti mesin yakni mengasosiasikan respon khusus. Individu cenderung melakukan peran untuk mentransformasi belajarnya kepada berbagai persoalan. Baginya individu bukan pasif dan bukan pula aktif tapi menjadi fungsionalis. Dua hal yang penting yakni pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses aktif, manusia aktif membangun pengetahuannya melalui hubungan informasi yang diperoleh kedalam frame psikologisnya. Frame psikologis adalah internal model yang memberi arti dan organisasi yang teratur dalam pengalaman individu. Karena itu setiap individu harus dihargai sebagai partisipan aktif dalam proses memperoleh pengetahuannya.
Piaget memandang bahwa proses berpikir merupakan aktivitasn gradual dari fungsi intelektual, yaitu berpikir konkret menuju abstrak. Berarti perkembangan kapasitas mental memberikan kemampuan baru yang sebelumnya tidak ada. Organisasi berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses fisik dan psikis dalam bentuk sistem yang koheren, sedangkan adaptasi adalah kemampuan seseorang dalam menyesuaikan dengan lingkungan. Adaptasi terdiri atas dua macam proses komplementer, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk menghadapi masalah dalam lingkungannya, sedangkan akomodasi adalah proses perubahan respon individu terhadap stimulasi.
Jadi, perkembangan kognitif atau kemampuan berfikir siswa tergantung pada akomodasi. Oleh karena itu, siswa harus diberikan suatu areal yang belum diketahui, agar ia dapat belajar. Dengan adanya area baru ini siswa akan mengadakan usaha-usaha untuk dapat mengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan mempermudah perkembangan kognitif atau kemampuan berpikir siswa.
Sedangkan Bruner berpendapat bahwa ada tiga proses yang terlibat secara stimulan dalam proses belajar yakni diperolenhya informasi baru, transformasi pengetahuan, pengkajian pengetahuan. Informasi baru diperoleh melalui penghalusan pengetauan yang telah lebih dahulu ada atau dari hal-hal yang bersifat itu yang bergerak kearah yang berbeda dengan informasi yang telah dimilikinya. Transformasi pengetahuan dimaksudkan adalah manipulasi pengetahuan terhadap tugas-tugas baru yang menyebabkan seseoarang melakukan interpolasi dan ekstrapolasi pengetahuannya. Sedangkan pengkajian ilmu pengetahuan penilaian apakah cara manipulasi pengetahuan memadai atau tidak dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Penilaian dan pengkajian pengetahuan melibatkan semua pengetahuan yang telah dimilikinya.
Pandangan Bruner terhadap belajar tersebut disebut belajar kognitif yang dipandangnya sebagai alat konsepsi (instrumental conception). Pertumbuhan kognitif atau dapat pula disebut pendewasaan intelektual adalah bertambhanya respon-respon yang terkarakterisasikan dari hakekat yang tergantung dalam stimulasi. Pertumbuhan tersebut tergantung kepada kondisi internal dalam sistem penyimpanan informasi atau frame psikologisnya.
Bruner juga memberikan pandangan mengenai sekolah dan pendidikan. Menurut pendapatnya sekolah mempunyai peranan penting sebagai instrumen kebudayaan terutama dalam memperkuatketerampilan intelektual. Oleh sebab itu tekanan utama pendidikan hendaknya diarahkan kepada keterampilan siswa dalam menangani persoalan, melihat dan menangani objek/peristiwa/kejadian, kemampuan mengoperasionalkan simbol-simbol khusus dalam hubungannya dengan teknologi. Dengan demikian siswa sebagai manusia hendaknya memiliki kekuatan dan kemampuannya. Ia mengemukakan ada lima tujuan pendidikan yang harus diterapkan guru yaitu:
1. Membawa siswa untuk menemukan nilai dan kemampuan dalam menduga permasalahan, pendekatan terhadap masalah, serta merealisasikan aktivitas pemecahannya.
2. Mengembangkan kepercayaan diri siswa akan kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pikirannya sendiri. Untuk mengembangkan kepercayaan diri perlu mengembangkan pemahaman dan transformasi pengetahuannya berdasarkan tanggungjawabnya.
3. Membantu siswa agar memilki dorongan diri untuk menggunakan kemampuannya dalam menghadapi berbagai mata pelajaran. Siswa hendaknya diarahkan kepada bahan-bahan agar dapat dikuasainya sehingga dapat mengidentifikasikan persoalan dari bahan-bahan tersebut. Siswa dihadapkan kepada masalah-masalah praktis untuk menemukan persoalan, memecahkan sampai siswa dapat menemukan jawabannya dan mengenai benar tidaknya jawaban tersebut.
4. Mengembangkan cara berpikir ekonomis melalui pengembangan belajar yang mendorong mencari relevasi dan struktur dari apa yang dipelajarinya.
5. Mengembangkan kejujuran intelektual yakni kesadaran menggunakan peralatan dan bahan-bahan dari pengetahuan untuk menilai dan menguji suatu pemecahan masalah, gagasan dan dugaan-dugaannya. Ia juga harus jujur dalam menghargai berbagai ilmu pengetahuan yang diperolehnya.
Pendidikan harus memberikan sumbangan terhadap kesadaran dan kemampuan siswa untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat serta mengajarkan nilai-nilai yang dianutnya. Pada akhirnya Bruner menyimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan adalah melatih siswa dalam menggunakan pikirannya, kekuatannya, kejujurannya, teknik-teknik yang dimilikinya dengan penuh kepercayaan diri. Untuk itu tugas guru adalah mengembangkan model kerja bagaimana siswa berinteraksi dan dengan siapa interaksi tersebut harus dilakukannya. Dalam interaksinya ia harus memiliki sikap yang positif terhadap mata pelajaran dan terhadap belajar itu sendiri.
Dalam teori pengajaran kondisi dan karakteristik hendaknya melandasi atau dijadikan dasar dalam mengembangkan proses pengajaran. Dengan demikian guru harus memandang siswa sebagai individu yang aktif dan memiliki hasrat untuk mengetahui lingkungan dan dunianya bukan hanya semata-mata makhluk pasif menerima apa adanya. Pengetahuan pada hakekatnya segala sesuatu yang diketahu manusia mengenai dunia luar atau alam semesta. Oleh karenanya oengetahuan sifatnya netral dan obyektif. Pengetahuan sebagaimana yang dipelajari disekolah harus diletakkan dalam konstruksi kehidupan manusia, dapat dipelajari siswa dalam berbagai aktivitas perbuatannya. Oleh karenanya pengajaran harus memungkinkan siswa belajar keterampilan memperoleh pengetahuan memecahkan masalah dengan memberinya tantangan untuk mengembangkan keterampilan tersebut.
Bruner berpendapat bahwa teori pengajaran seorang guru harus mencakup lima aspek utama yaitu:
a. Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.
b. Struktur pengetahuan untuk membentuk pengetahuan yang optimal.
c. Spesifikasi mengurutkan penyajian bahan pelajaran untuk dipelajari siswa.
d. Peranan sukses dan gagal hakekat ganjaran dan hukuman.
e. Prosedur untuk merangsang berpikir siswa dalam lingkungan sekolah.
Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.
Bruner melihat bahwa ada semacam kebutuhan untuk mengubah praktek mengajar sebagai proses mendapatkan pengetahuan untuk membentuk pola-pola pemikiran siswa.
Bruner menyarankan pentingnya mengubah peranan, perhatian dan tujuan belajar siswa, mengubah keterampilan siswa kepada pengelolaan kemajuan intelektualnya. Pengajaran hendaknya mengembangkan fungsi tersebut dan guru hendaknya berupaya membelajarkan siswa kearah itu. Keefektifan belajar tidak hanya mempelajari bahan-bahan pengajaran tetapi juga belajar berbagai cara bagaiman cara memperoleh informasi dan memecahkan masalah.oleh sebab itu, diskusi, problem solving seminar akan memperkaya pengalaman siswa dan mempengaruhi cara belajar.
Menstruktur pengetahuan untuk pemahaman yang optimal.
Tujuan akhir dari pengajaran berbagai mata pelajaran adalah pemahaman terhadap struktur pengetahuan. Mengerti struktur pengetahuan adalah memahami aspek-aspeknya dalam berbagai hal dengan penuh pengertian. Tugas guru adalah memberi siswa pengertian tentang struktur pengetahuan dengan berbagai cara sehingga mereka dapat membedakan informasi yang berarti dan yang tidak berarti.
Mengurutkan penyajian bahan pengajaran untuk dipelajari siswa.
Tugas penting dari guru adalah mengubah pengetahuan menjadi bentuk yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir siswa. Bahan pengajaran hendaknya berhubungan, berurutan dan sesuai dan sesuai dengan kemampuan siswa. Banyak gagasan, konsep, proporsi, prinsip dan persoalan dari pengetahuan yang dapat disajikan kepada siswa secara sederhana sehingga dapat dipahami, dikenal dan dikuasainya. Mengurutkan bahan pengajaran agar dapat dipelajari siswa hendaknya mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:
1) Kecepatan belajar
2) Daya tahan untuk mengingat
3) Transfer bahwa yang telah dipelajari kepada situasi baru
4) Bentuk penyajian mengekspresikan bahan-bahan yang telah dipelajari
5) Apa yang telah dipelajaarinya mempunyai nilai ekonomis
6) Apa yang telah dipelajari memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan baru dan menyusun hipotesis.
Sukses, gagal dan ganjaran, hukuman.
Peranan penguat dalam proses pengajaran cukup penting terutama sebagai faktor eksternal. Penguatan sebaiknya dimulai untuk perbuatan yang ditujukan untuk pengulangan. Ada dua alternatif yang mungkin dicapai siswa
Manakala dihadapkan dengan tugas-tugas belajar yakni sukses dan gagal. Sedangkan dua alternatif yang digunakan untuk mendorong perbuatan belajar adalah ganjaran dan hukuman. Ganjaran dikaitkan dengan keberhasilan (sukses) hukuman dikaitkan dengan kegagalan.
Prosedur Mendorong Berpikir.
Pengetahuan yang diperoleh seseorang antara lain dapat dilihat dalam berbagai bentuk misalnya persepsi terhadap peristiwa, konsep-konsep yang diperolehnya. Proses mendapatkan pengetahuan tersebut dapat ditempuh melalui dua langkah yakni menarik kesimpulan dan menguji hipotesis. Pengajaran hendaknya diarahkan kepada proses tersebut sehingga siswa diajak dan diarahkan kepada pemecahan masalah.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka pengajaran hendaknya mengembangkan proses berpikir pemecahan masalah baik dalam mendapatkan informasi, menggunakan informasi, menggunakan informasi ataupun dalam memanfaatkan informasi yang diperolehnya bagi pemecahan masalah yang dihadapinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mendeskripsikan pemahaman guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa dan melihat perkembangan belajar selama satu semester maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Teori pengajaran yang mencakup lima aspek utama yaitu:
1. Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.
2. Struktur pengetahuan untuk membentuk pengetahuan yang optimal.
3. Spesifikasi mengurutkan penyajian bahan pelajaran untuk dipelajari siswa.
4. Peranan sukses dan gagal hakekat ganjaran dan hukuman.
5. Prosedur untuk merangsang berpikir siswa dalam lingkungan sekolah.
Kelima aspek utama tersebut dapat membantu guru dalam memahami kemampuan berpikir siswa dan dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang lebih efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa dengan baik sehingga mendapatkan hasil yang lebih optimal.
B. Saran
Berikut ini saran-saran yang dapat penulis sampaikan kepada para pembaca pada umumnya, khususnya kepada guru kelas diantaranya :
Agar suatu proses pembelajaran hasil yang optimal maka semua aspek dan komponen pembelajaran harus diperhatikan dengan baik dan mendukung. Salah satunya yaitu memperhatikan dan mencakup lima aspek utama yakni:
1. Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar.
2. Struktur pengetahuan untuk membentuk pengetahuan yang optimal.
3. Spesifikasi mengurutkan penyajian bahan pelajaran untuk dipelajari siswa.
4. Peranan sukses dan gagal hakekat ganjaran dan hukuman.
5. Prosedur untuk merangsang berpikir siswa dalam lingkungan sekolah.
Kelima aspek tersebut bila diterapkan dalam proses belajar mengajar maka akan dapat mempermudah guru dalam mengajak siswa belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Djaali, Haji. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 1991. Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.
Jumat, 10 Juni 2011
Makhluk Hidup
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Makhluk hidup di dunia ini sangat beragam. Hal ini mendorong para ahli mencari cara untuk mempelajarinya. Dan karena asal-usul kehidupan sangatlah menjadi bomerang bagi manusia itu sendiri, selama ini asal-usul kehidupan belum terkuak sehingga para ilmuwan berusaha mengungkapkan ini semua.
Di bumi keanekaragaman makhluk hidup sangat beranekaragam dan semakin lama bertambah banyak, tentu saja keanekaragaman juga tertambah. Dengan adanya makhluk hidup yang jumlahnya berjuta-juta itu bagaimana kita akan mempelajarinya. Untuk mempelajari makhluk hidup tersebut, manusia berusaha menyederhanakan makhluk hidup dengan menggolong-golongkan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki. Di dalam kelompok yang mempunyai ciri-ciri yang sama tersebut pastilah ditemukan lagi perbedaan-perbedaan. Kemudian dibentuk kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki, sehingga akan diperoleh kelompok terkecil dengan persamaan ciri yang sama
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal-usul kehidupan itu?
2. Apa saja keanekaragaman makhluk hidup yang berdasarkan ciri-ciri nya?
3. Tujuan
1. Menjelaskan asal-usul kehidupan dan prosesnya sehingga kehidupan itu terjadi.
2. Menjelaskan keanekaragaman makhluk hidup yang berdasarkan ciri-cirinya.
B. PEMBAHASAN
1. Asal Usul Kehidupan
Suatu benda dikatakan hidup jika mampu menunjukkan ciri-ciri kehidupan yaitu : memerlukan nutrisi, bergerak, bernafas, tumbuh dan berkembang, melakukan ekskresi/ pengeluaran sisa-sisa metabolisme, berkembang biak, peka terhadap rangsangan (iritabilita), koordinasi, dan adaptasi.
Bagaimana makhluk hidup pertama lahir masih merupakan misteri yang belum bisa diungkap para ilmuan. Secara umum teori asal usul kehidupan ada dua, yaitu abiogenesis ( makhluk hidup berasal dari benda mati) dan biogenesis (makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga).
a. Teori Abiogenesis
Pemuka paham ini adalah seorang bangsa Yunani, yaitu Aristoteles (394-322 sebelum masehi). Teorinya mengatakan kalau makhluk hidup yang pertama menghuni bumi ini adalah berasal dari benda mati. Timbulnya makhluk hidup pertama itu terjadi secara spontan karena adanya gaya hidup. Oleh karena itu paham abiogenesis disebut juga paham generatio spontanea. Paham ini bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani kuno (ratusan tahun sebelum masehi) hingga pertengahan abad ke 17.
Pada pertengahan abad ke 17 paham ini seolah-olah diperkuat oleh Antonie Van Leeuweunhoek, seorang bangsa Belanda. Dia menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk melihat jentik-jentik (makhluk hidup) amat kecil pada setetes rendaman air jerami. Hal inilah yang seolah-olah memperkuat paham abiogenesis.
b. Teori Biogenesis
Setelah bertahan cukup lama, paham abiogenesis mulai diragukan. Beberapa ahli kemudian mengemukakan paham biogenesis. Beberapa ahli yang mengemukakan paham biogenesis antara lain :
1) Francesco Redi (Italia, 1626-1697)
Redi menentang teori abiogenesis dengan mengadakan percobaan menggunakan toples dan daging. Toples 1 diisi daging yang ditutup rapat-rapat. Toples 2 diisi daging dan ditutup kain kasa. Toples 3 diiisi daging dan dibuka. Ketiga toples ini dibiarkan beberapa hari. Dari hasil percobaan ini ia mengambil kesimpulan sebagai berikut : Larva (kehidupan) bukan berasal dari daging yang membusuk tetapi berasal dari lalat yang dapat masuk ke dalam tabung dan bertelur pada keratin daging.
2) Lazzaro Spallanzani (Italia, 1729-1799)
Spallanzani menentang pendapat John Needham (penganut paham abiogenesis), menurutnya kehidupan yang terjadi pada air kaldu disebabkan oleh pemanasan yang tidak sempurna. Kesimpulan percobaan spallanzani adalah : pada tabung terbuka terdapat kehidupan berasal dari udara, pada tabung tertutup tidak terdapat kehidupan, hal ini membuktikan bahwa kehidupan bukan dari air kaldu.
3) Louis Pasteur (Perancis, 1822-1895)
Louis Pasteur melakukan percobaan yang menyempurnakan percobaan Spalanzani. Pasteur melakukan percobaan menggunakan labu yang penutupnya leher angsa, bertujuan untuk membuktikan bahwa mikroorganisme terdapat di udara bersama dengan debu. Hasil percobaannya adalah sebagai berikut :
1) Mikroorganisme yang tumbuh bukan berasal dari benda mati (cairan) tetapi dari mikroorganisme yang terdapat di udara.
2) Jasad renik terdapat di udara bersama dengan debu.
Dari percobaan ini, gugurlah teori abiogenesis tersebut.
Pasteur terkenal dengan semboyannya “Omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo” yang mengandung pengertian : kehidupan berasal dari telur dan telur dihasilkan makhluk hidup, makhluk hidup sekarang berasal dari makhluk hidup sebelumnya, makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga.
Pasteur terkenal dengan semboyannya “Omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo” yang mengandung pengertian : kehidupan berasal dari telur dan telur dihasilkan makhluk hidup, makhluk hidup sekarang berasal dari makhluk hidup sebelumnya, makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga.
Di samping dua teori di atas, masih ada lagi beberapa teori tentang asal usul kehidupan. Beberapa teori yang dikembangkan ilmuan antara lain:
1. Teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (gaib) pada saat yang istimewa.
2. Teori kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet ini berasal dari mana saja.
3. Teori evolusi biokimia, yang menyatakan bahwa kehidupan ini muncul berdasarkan hukum fisika, kimia, dan biologi
4. Teori keadaan mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal usul.
Beberapa ilmuan yang membuktikan teori evolusi kimia antara lain Harold Urey, Stanley Miller, dan Alexander Oparin
1. Teori Harold Urey, menurutnya zat hidup yang pertama kali mempunyai susunan menyerupai virus saat ini. Zat hidup tersebut mengalami perkembangan menjadi berbagai jenis makhluk hidup. Urey berpendapat bahwa kehidupan terjadi pertamakali di udara (atmosfer). Pada saat tertentu dalam sejarah perkembangan terbentuk atmosfer yang kaya akan molekul- molekul CH4, NH3, H2, H2O. karena adanya loncatan listrik akibat halilintar dan sinar kosmik terjadi asam amino yang memungkinkan terjadi kehidupan.
2. Eksperimen Stanley miller, Stanley Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap masalah asal usul kehidupan. Dia melakukan percobaan untuk menguji hipotesis Harold Urey. Dari hasil eksperimennya Miller dapat memberikan petunjuk bahwa satuan-satuan kompleks di dalam system kehidupan seperti lipida, karbohidrat, asam amino, protein, nukleotida dan lain-lain dapat terbentuk dalam kondisi abiotik.
3. Teori Evolusi Biologi Oparin, dia berpendapat bahwa kehidupan pertama terjadi di cekungan pantai dengan bahan-bahan timbunan senyawa organic dari lautan. Timbunan senyawa organic ini disebut sop purba atau sop primordial.
Meskipun banyak petunjuk yang diberikan, namun asal usul kehidupan masih menjadi misteri. Semua yang telah dijelaskan hanyalah dalam pandangan biologi saja. Dibalik semua itu kita harus ingat juga bahwa ada zat yang lebih maha dari segala-galanya yaitu ALLAH swt.
2. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP
Ciri-Ciri Makhluk Hidup
a. Bergerak
Bergerak adalah merupakan perubahan posisi, baik seluruh tubuh atau sebagian. Hal ini disebabkan oleh adanya tanggapan terhadap rangsang. Gerak yang dilakukan pada tumbuhan antara lain : gerak menutupnya daun putri malu jika disentuh, gerak ujung batang dari bawah ke atas ke arah sinar matahari, dan gerak membukanya biji lamtoro disebabkan perubahan kadar air. Pada hewan juga terdapat gerak, antara lain : gerak aktif pada hewan vertebrata yaitu alat gerak berupa otot, gerak pasif pada hewan vertebrata yaitu alat gerak berupa tulang, dan gerak pada manusia yaitu berjalan, berlari dan lain-lain.
b. Peka Terhadap Rangsang (iritabilitas)
Tumbuhan, hewan dan manusia mempunyai kepekaan terhadap rangsang. Hal ini dapat ditunjukkan sebagai berikut:
1) Pada tumbuhan, daun putri malu bila diberi rangsang sentuhan akan menanggapi rangsang dengan menutup daunnya.
2) Pada hewan, ayam ketika fajar menyingsing akan berkokok.
3) Manusia jika diberi bau yang merangsang akan menanggapi rangsang, misalnya bersin.
c. Memerlukan Makan (nutrisi)
Setiap makhluk hidup memerlukan makanan. Hal ini bertujuan agar dapat mempertahankan hidup, menghasilkan energi, dan pertumbuhan. Setiap makhluk hidup mempunyai cara yang berbeda-beda dalam memperoleh makanan.
d. Bernafas (respirasi)
Bernafas yaitu pengambilan oksigen untuk oksidasi makanan, sehingga memperoleh energi dan mengeluarkan karbondioksida sebagai zat sisa.
e. Tumbuh dan Berkembang
Tumbuh adalah bertambahnya volume atau ukuran makhluk hidup yang irreversible. Berkembang adalah proses menuju kedewasaan yang dipengaruhi oleh hormon, nutrisi dan lingkungan.
f. Berkembangbiak (reproduksi)
Berkembangbiak adalah memperbanyak diri untuk mempertahankan kelestarian jenisnya. Cara berkembangbiak sebagai berikut :
1) Secara kawin/generatif, yaitu perkembangbiakan yang melibatkan sel telur dan sel sperma.
2) Secara tak kawin/vegetatif, yaitu perkembangbiakan yang tidak melibatkan sel telur dan sel sperma, melainkan melibatkan sel tubuh.
g. Adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan untuk mempertahankan diri. Terdapat tiga macam adaptasi, yaitu:
1) Adaptasi morfologi, yaitu penyesuaian diri terhadap alat-alat tubuhnya.
2) Adaptasi fisiologi, yaitu penyesuian diri terhadap lingkungan dengan fungsi alat-alat tubuh.
3) Adaptasi tingkah laku, yaitu penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan tingkah lakunya.
h. Regulasi
Regulasi adalah proses pengaturan keserasian di dalam tubuh organisme yang diatur oleh syaraf dan hormon.
i. Ekskresi
Ekskresi adalah proses pengeluaran sisa-sisa metabolisme tubuh. Dalam proses oksidasi makanan selain menghasilkan energi, tubuh organisme juga menghasilkan zat sisa yang harus dikeluarkan dari tubuh. Apabila zat sisa tersebut tidak dikeluarkan akan membahayakan tubuh. Contoh: Manusia mengeluarkan karbondioksida melalui paru–paru, ikan mengeluarkan karbondioksida melalui insang. Salah satu ciri makhluk hidup adalah kepekaan terhadap rangsang. Meskipun tumbuhan tidak mempunyai sistem syaraf, tumbuhan mampu menanggapi rangsang yang ada dalam lingkungan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu benda dikatakan hidup jika mampu menunjukkan ciri-ciri kehidupan yaitu : memerlukan nutrisi, bergerak, bernafas, tumbuh dan berkembang, melakukan ekskresi/ pengeluaran sisa-sisa metabolisme, berkembang biak, peka terhadap rangsangan (iritabilita), koordinasi, dan adaptasi.
Secara umum teori asal usul kehidupan ada dua, yaitu abiogenesis ( makhluk hidup berasal dari benda mati) dan biogenesis (makhluk hidup berasal dari makhluk hidup juga).
Teori Abiogenesis (makhluk hidup berasal dari benda mati) dikemukakan oleh Aristoteles. Sedangkan Teori Biogenesis (makhluk hidup berasal dari benda hidup) dikemukakan oleh Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis Pasteur.
Dafar Pustaka
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1963443-teori-asal-usul-kehidupan/ di akses hari jumat tanggal 13 Mei 2011 pukul 13:00 wib.
http://zaifbio.wordpress.com/2010/02/11/keanekaragaman-makhluk-hidup/ di akses hari jumat 13 tanggal 13 Mei 2011 pukul 13:10 wib.
http://zaifbio.wordpress.com/2010/02/11/keanekaragaman-makhluk-hidup/ di akses hari minggu tanggal 15 Mei 2011 pukul 19:30 wib.
http://biologi-go.blogspot.com/2010/07/d-keanekaragaman-makhluk-hidup-dan.html di akses hari kamis tanggal 19 Mei 2011 pukul 10:00 wib.
http://www.g-excess.com/id/keanekaragaman-makhluk-hidup.html di akses hari kamis tanggal 19 Mei 2011 pukul 10:10 wib.
http://gurungeblog.wordpress.com/2009/01/02/asal-usul-kehidupanteori-generatio-spontaneateori-evolusi-biokimia/ di akses hari kamis tanggal 19 Mei 2011 pukul 10:30 wib.
Langganan:
Postingan (Atom)